“Jasmerah: Jangan sekali-kali melupakan sejarah” adalah semboyan yang diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya yang terakhir pada HUT RI pada 17 Agustus 1966. Beruntungnya, Indonesia memiliki sederet daftar sejarawan. Sebut saja Pramoedya Ananta Toer, Soe Hok Gie, dan Hilmar Farid, yang aktif hingga saat ini.

Hilmar Farid, kelahiran 8 Maret 1968, adalah sejarawan yang juga aktif di pergerakan tani. Pada 1994, Hilmar mendirikan Media Kerja Budaya bersama beberapa orang seniman, peneliti, aktivis dan pekerja budaya di Jakarta. Dan pada 2002, lulusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini, mendirikan Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI) yang berlokasi di Kramatjati, Jakarta.

Fay, panggilan akrab Hilmar Farid, juga seringkali menuangkan pemikirannya mengenai ekonomi politik, hak asasi manusia, seni dan budaya Indonesia.
Tokoh yang beberapa waktu lalu dicalonkan oleh onliner sebagai Menteri Pendidikan untuk masuk dalam Kabinet Kerja ini, akan mengisi Pidato Kebudayaan DKJ tahun ini. Hilmar akan membawakan pidatonya yang berjudul Arus Balik Kebudayaan: Sejarah sebagai Kritik pada 10 November 2014 di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Dalam pidato yang dibawakannya nanti, Hilmar akan mengajak kita untuk melihat dan menelusuri situasi Indonesia hari ini. Ia juga akan menjabarkan mengapa kita perlu mengubah orientasi pada laut dan desa dengan pendekatan sejarah.