Dunia dongeng Indonesia kehilangan sosok besar dan popular. Drs Suyadi atau yang terkenal dengan sebutan Pak Raden meninggal dunia pada Jumat, 30 Oktober 2015 pukul 22.20 di Rumah Sakit Pelni Petamburan, Jakarta Barat. Pengisi suara karakter Pak Raden dalam serial Si Unyil yang tayang pada 1980-an meninggal pada usia 82 tahun, setelah mengeluh dadanya sakit.

Karakter Pak Raden sangat melekat dikehidupan sehari-hari pria kelahiran Puger, Jawa Timur, 28 November 1932 itu. Pak Raden, dalam serial Si Unyil digambarkan sebagai orang yang pelit, yang  marah besar jika ada yang mencuri mangganya. Walaupun begitu, Pak Raden tetap dijadikan panutan oleh Unyil dan teman-temannya. Misalnya dalam episode “Lomba Enggrang”, Unyil dan teman-temannya saat itu kebingungan dalam menentukan lomba apa saja yang akan diadakan dalam rangka 17’an di lingkungan rumahnya, akhirnya mereka memutuskan untuk meminta saran dari Pak Raden.

Suyadi berasal dari keluarga yang tergolong mampu di zaman Belanda. Ayahnya adalah seorang patih. Bakat seni rupanya sudah ada sejak kecil. Disamping jago menggambar, ia juga pandai membuat sesuatu dari lilin atau tanah liat. Sadar akan bakatnya, beliau memutuskan untuk mengenyam pendidikan di Institut Teknik Bandung jurusan Seni Rupa (1952-1960). Pada 1961 ia melanjutkan belajar perfilman di studio Prancis, Les Cineastes Associes dan Les Films Martin Boschet, selama tiga tahun.

Pak Raden memulai karirnya dengan membuat ilustrasi cerita anak. Dari situ ia terpilih sebagai illustrator buku cerita anak-anak terbaik di acara Tahun Buku Internasional 1972. Pada 1980-an ia bergabung dengan studio film Pusat Produksi Film Nasional (PPFN). Di situlah lahir karakter-karakter serial Si Unyil, yang pernah meraih pengharagaan dari UNICEF sebagai film pendidikan terbaik untuk negara-negara berkembang pada 1983.

Jauh setelah serial Si Unyil tamat, Suyadi tetap menghidupkan karakter Pak Raden. Ia mendongeng ke sana kemari dengan menggunakan blangkon, beskap hitam, tongkat, serta alis dan kumis hitam yang melintang. Diusia senja, kondisi ekonomi Pak Raden tidak cukup baik. Ditambah fisiknya yang sering sakit-sakitan sampai harus tergantung pada kursi roda untuk mobilitas.

Selamat jalan maestro dongeng Indonesia.