Kami tidak mewakili kelompok, golongan, aliran, ideologi, atau kepercayaan tertentu. Kami mewakili sebuah masa yang dipenuhi krisis hukum dan keadilan. Masa ketika korupsi yang telah lama menjadi bagian dari sistem pemerintahan, hukum, dan kemasyarakatan kita kini sedang menghadirkan diri dengan kasar dan jumawa.

Kami adalah masyarakat seni yang kebetulan sedang hidup dan bekerja dalam masa yang demikian. Bukan kebiasaan dan sifat kami untuk mengumumkan diri sebagai bagian dari gerakan yang penuh gaduh dan tuduh-­‐menuduh, atau menambah kisruh suasana yang serba tak menentu. Dan hari ini adalah penegasan, kami tidak akan mengingkari sifat kami.

Kami hanya ingin mendeklarasikan perlawanan yang estetis, dan penuh kegairahan, terhadap Kuasa dan Tangan-­‐Tangan Korupsi yang merajalela kini. Kami melawan, dengan menciptakan sebuah jalan. Dan, jalan kami adalah jalan seni. Hari ini kami mendeklarasikan
#SeniLawanKorupsi.

Dalam #SeniLawanKorupsi, kami tak akan membatasi ruang-­‐ruang penciptaan seni hanya pada ruang individual belaka. Dalam #SeniLawanKorupsi, keterlibatan dan kesinambungan menjadi kata kunci. Dalam #SeniLawanKorupsi, kami akan memasuki ruang-­‐ruang dan kesadaran publik dengan kesadaran bahwa perlawanan ini adalah perlawanan bersama melawan Kuasa dan Tangan-­‐Tangan Korupsi yang sistemik dan banal.

 

Taman Ismail Marzuki

Jakarta, 5 Maret 2015