Komite Seni Rupa DKJ periode 2015—2018 yang terdiri atas Danton Sihombing, Hafiz Rancajale, Irawan Karseno, dan Mia Maria menyelenggarakan program Proyek Seni Perupa Perempuan. Program ini merupakan wadah untuk mengembangkan praktik seni rupa kontemporer, lebih spesifiknya untuk memetakan dan mendukung perkembangan seniman perempuan Indonesia.

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) mulai menginisiasi proses berkesenian yang menuntut keterbukaan pengembangan ide dan kolaborasi seperti program proyek seni ini sejak 2015. Tahun lalu, Proyek Seni Perupa Perempuan mengangkat tema konstruksi perempuan dalam birokrasi negara dan Dharma Wanita dipilih sebagai fokus penelitian. Tahun ini, proyek seni mengangkat tema Panoptic yang merupakan rancangan mekanisme kuasa negara dengan Rumah Tahanan (Rutan) Pondok Bambu sebagai representasinya.

“Kami meyakini seperti yang disampaikan pak Tri Joko Wuryanto (Kasubsi Pengelolaan Rutan Pondok Bambu) tadi, bahwa seni itu bisa menjadi penyeimbang kesehatan psikologis dan menjadi media ekspresi sosial. Kami berharap semoga proyek ini bisa mendapat manfaat bagi kita semua dan publik luas,” ujar Danton Sihombing, Anggota Komite Seni Rupa dan Sekertaris Jenderal DKJ.

Tema Panoptic diambil dari konsep-konsep bangunan penjara yang dirancang oleh filsuf dan teoritis sosial yaitu Jeremy Berthan (Inggris) pada 1785. Berthan membuat sistem penjara berikut seluruh (pan) lingkungannya secara total yang dapat diawasi (opticon) yaitu melalui menara sebagai bentuk fisik dalam instumen ini. Dalam Panopticon, satu orang pengawas di menara bisa mengawasi aktivitas banyak orang dalam tahanan. Kehadiran struktur tersebut merupakan satu mekanisme kekuasaan dan disiplin yang luar biasa.

Filsuf Perancis Michel Foucault melihat pengavelingan (penjara) yang memisah-misahkan orang sakit dari orang sehat, yang normal dari yang tidak normal, sebagai salah satu bentuk aplikasi kekuasaan atas sesuatu yang lain. Bagi Foucault, hal tersebut tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik, tapi bagaimana kekuasaan menyebarluas dalam relasi sosial secara subtil. Contohnya konsep ini berkembang dan teraplikasikan di pabrik, sekolah, barak militer, dan rumah sakit.

Bertitik tolak pada pemahaman tersebut, proyek seni ini hendak melihat kembali gagasan dan fungsi panopticon dalam kuasa negara dalam bentuk rumah tahanan. Untuk itu proyek seni ini mencoba menggunakan karja partisipatoris yang secara langsung akan bekerja dalam jangka waktu di tempat yang spesifik. Metode partisipatoris ini dipilih untuk meretas konsep panoptic tersebut dan melihat irisan yang terjadi antara keduanya.

Proyek Seni Perupa Perempuan: Panoptic dikuratori Angga Wijaya, melibatkan tujuh seniman perempuan dari tiga kota besar di Indonesia. Tujuh seniman tersebut adalah Ayudilla Martina (Jakarta), Daniella F. Praptono (Jakarta), Ika Vantiani (Jakarta), Meicy Sitorus (Bandung), Nenan Angenani Titis (Yogyakarta), Prilla Tania (Bandung), dan Venti Wijayanti (Yogyakarta).
Riset proyek seni dijalankan sejak Juni 2016. Pada 20 September—15 Oktober ini, para seniman akan melakukan kerja partisipatoris dalam bentuk observasi sosial, lokakarya, dan berkarya bersama narapidana di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Catatan harian seniman selama proses tersebut bisa diakses di situs www.proyekseni.com.

Proyek seni dibuka secara resmi pada Senin, 19 September 2016 pukul 10.00 WIB di RUTAN Pondok Bambu, dihadiri oleh perwakilan DKJ, perwakilan Rutan, seniman, dan warga binaan Rutan Pondok Bambu yang terlibat. Hasil proyek seni ini akan dipresentasikan kepada publik di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki pada November 2016 mendatang.

Mengenai www.proyekseni.com
Dalam beberapa tahun terakhir, istilah Proyek Seni sering digunakan dalam seni kontemporer di Indonesia. Perwujudan karya yang menuai kemungkinan pengembangan ide dan partisipasi publik menjadi praktik yang sedang dilakukan dalam sejarah seni rupa kita.

Dinamika dalam medan seni kontemporer di Indonesia sampai hari ini terasa lebih intens atas keterhubungan akses satu sama lain. Di saat bersamaan, terjadi inisiatif dan elaborasi terhadap proses penciptaan seni, bukan hanya terpusat pada pekerja seni dan karyanya saja. Namun, beberapa variabel lain di dalam perwujudan sebuah proyek seni: Bagaimana proses yang terjadi? Bagaimana interaksi antara seniman dengan ruang dan masyarakatnya? Apa saja gagasan dan isu yang termuat di dalam karya tersebut sehingga terjadi perkembangan pemikiran?

Untuk itu, www.proyekseni.com hadir sebagai upaya memperluas cakupan pengarsipan serta pengembangan pengetahuan mengenai proyek seni dalam arus perkembangan seni kontemporer. Akan ada entri “idea” dan “proses” demi mendokumentasikan gagasan dan proses penciptaan yang telah dilakukan. Variabel-variabel dalam sebuah karya yang tak lepas dari pergulatan sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan secara tidak langsung turut memposisikan peran seni di masyarakat.