Di berbagai kota di Indonesia, musik elektronik memiliki musisi yang cukup banyak dengan perkembangan yang sudah sangat beragam—mulai dari yang tumbuh dengan latar belakang musik klasik, atau yang sering disebut dengan sebutan electro acoustic music (musique concrete, tape music) hingga yang berlatar belakang pop dan rock (synthpop, electropop, house music, dan techno). Perkembangan musik elektronik tidak terlepas dari generasi penerus komponis yang aktif menciptakan karya dengan unsur kebaruan dalam hal alat atau sumber bunyi.

Untuk mewadahi pengungkapan karya para komponis muda, Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) menyelenggarakan Pekan Komponis Indonesia 2016 bertema Musik Eksperimental Elektronik. Program ini juga merupakan upaya pencarian musik atau bunyi baru yang menunjukan perkembangan musik elektronik saat ini.

“Program pertama Komite Musik DKJ periode 2015-2018 ini fokus pada musik elektronik yang marak di kalangan anak muda. Program ini diadakan untuk mengapresiasi karya-karya komponis muda yang kreatif dan mengikuti perkembangan zaman, namun tidak terlepas dari unsur klasik atau tradisional Indonesia. Setelah ini, kami akan menyelenggarakan Jakarta Philharmonic Orchestra pada akhir Oktober 2016 dan Festival Seni Tradisi pada 2017 bekerjasama dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf),” ujar Anto Hoed, Ketua Komite Musik DKJ.

Pekan Komponis Indonesia 2016: Musik Eksperimental Elektronik akan diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut pada Senin-Kamis, 3-5 Oktober 2016 di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Bentuk kegiatannya berupa konser musik panggung eksperimental elektronik, pameran organologi, masterclass, dan diskusi Meja Bundar Musik.

Pada Juli-Agustus lalu , Komite Musik DKJ membuka kesempatan bagi komponis muda untuk menjadi bagian dari program ini. Komite Musik DKJ telah mengkurasi sebanyak 60 karya musik elektronik dari 52 calon peserta yang mendaftar. Akhirnya terpilih enam komponis muda yang tampil dalam konser musik panggung eksperimental elektronik. Mereka adalah Dylan Amirio (Jakarta), Fahmi Mursyid (Bandung), Harry Haryono (Sukabumi), Hery Budiawan (Jakarta), Muhammad Fadhil Wafy (Malang), dan Patrick Gunawan Hartono (London). Pameran Organologi yang mempunyai unsur kebaruan akan diisi oleh Ihsanul Fikri (Muara Enim), Lintang Raditya (Yogyakarta), Novan Yogi Hernando Maupula (Purwakarta), dan Ozsa Erlangga (Banyumas).

Kegiatan Masterclass –yang mewadahi pengajaran musik bagi siapa saja yang ingin mendalami musik elektronik– diampu oleh Anotnius Priyanto, seorang komponis, konduktor, dan dosen pengajar bidang musik di Universitas Pelita Harapan. Bentuk kegiatan terakhir adalah diskusi Meja Bundar Musik sebagai bagian komunikasi dengan publik lebih luas tentang perkembangan seni musik terkini. Diskusi tersebut menghadirkan narasumber Otto Sidharta (Komponis dan Anggota Komite Musik DKJ) dan Citra Aryandari (Musikolog) dan dimoderatori oleh Aksan Sjuman. Seluruh rangkaian acara Pekan Komponis Indonesia 2016: Musik Eksperimental Elektronik gratis dan terbuka untuk umum.