Ratusan tahun pengalaman Jakarta sebagai salah satu pusat perdagangan antar bangsa, membuat kota ini memiliki sejarah panjang pertemuan kebudayaan yang pada akhirnya ikut mempengaruhi perkembangan seni rupa dewasa ini. Dalam perjalanan panjang itu, perupa Indonesia lahir dan melahirkan karya penting yang mewarnai sejarah seni rupa. Satu-dua polemik seni rupa muncul membawa dinamika di dalamnya.

Untuk menilik perkembangan seni lukis di Jakarta sekarang, Komite Seni Rupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menghadirkan Pameran Besar Seni Lukis Jakarta. Program serupa pernah diadakan DKJ, kala itu bernama Pameran Besar Seni Lukis yang menjadi bagian dalam Pesta Seni 1974. Mengambil tema Rendering Regime, yang dapat diartikan sebagai sebuah usaha manipulatif dari pihak yang berkuasa dengan cara memperindah dan mengaburkan segala hal melalui pendekatan visual. Pameran ini dikuratori oleh Leonhard Bartolomeus, seorang kurator muda yang punya perhatian terhadap perkembangan seni lukis Indonesia.

“Melalui tema Rendering Regime kami mencoba untuk melihat apa yang sedang dibicarakan seniman masa kini. Dalam konteks kehidupan sosial politik, Rendering Regime sering ditemukan, terutama dalam pemberitaan di media-media lokal. Sering kali terjadi pencitraan untuk mengontrol persepsi publik atas apa yang sesungguhnya terjadi. Sementara itu dalam konteks kegiatan artistik, istilah ini dapat dimaknai sebagai upaya dari pelukis untuk menciptakan karya. Pelukis, sebagai pemegang kekuasaan, memiliki kemampuan untuk melakukan manipulasi atas bentuk, ruang , warna, dan garis” garisujar Barto, panggilan akrab sang kurator.

Rendering Regime akan memamerkan karya dari 30 seniman Jakarta. Mereka adalah Andrew Delano, Bunga Yuridespita, Dwi “Ube” Wicaksono Suryasumirat, Gadis Fitriana, Guntur Wibowo, Haris Purnomo, Hauritsa, Henry Foundation, Ipong Purnama Sidhi, Iswanto Hartono, Ito Djoyoatmojo, Jayu Julie, Jerry Thung, Jimi Multhazam, Kemalreza Gibran, KP Hardi Danuwijoyo, Monica Hapsari, Mushowir Bing, Reza Afisina, Ricky Malau, Rio Farabi, Rishma Riyasa, Ruth Marbun, Saleh Husein, Sony Eska, Tatang Ramadhan Bouqie, Tiar Sukma Perdana, Vonny Ratna Indah, Vukar Lodak, Yusrizal.

“Seniman yang kita undang untuk pameran ini 50 pelukis, tapi hanya 30 yang mengiyakan. Dipilih  dari beragam gaya, usia, dan latar belakang,” lanjut Barto.

Pameran Besar Seni Lukis Jakarta: Rendering Regime diadakan selama 21 hari pada 24 Oktober-13 November 2015 di dua galeri sekaligus, yaitu Galeri Cipta II dan III, Taman Ismail Marzuki. Pembukaan pameran diadakan pada 24 Oktober di Galeri Cipta III, dimeriahkan oleh pertunjukan musik dari Efek Rumah Kaca dan We Love ABC. Untuk lebih memahami karya-karya para seniman tersebut, diadakan Tur Bersama Kurator setiap Sabtu (31 Oktober dan 7 November) pukul 14.00-16.00 WIB. Rangkaian pameran tersebut gratis dan terbuka untuk umum.