Selasa (10/5) menjadi secuil sejarah dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Pada hari itu untuk pertama kalinya anggota DKJ periode 2015-2018 melaksanakan Rapat Paripurna. Dua puluh tiga dari 25 anggota DKJ memenuhi ruang Pleno di kantor DKJ yang terletak di kawasan Cikini.
Agenda pertama adalah pemaparan singkat mengenai peran dan semangat DKJ dari Alex Sihar, Sekertaris Umum periode sebelumnya. “Cita-cita kami yang masih perlu perjuangan keras adalah membuat payung hukum untuk DKJ, sehingga lembaga ini menjadi jelas status hukumnya dan pendanaannya,” ujar Alex. Logikanya, karena hanya bersandar pada SK Gubernur dan berstatus Hibah, maka DKJ dianggap sama seperti halnya ‘sumbangan’ –yang cenderung insidetil –bukan kebijakan.
Lalu Helly Minarti, Ketua Bidang Program periode 2013-2015, memaparkan arahan program periode sebelumnya yang berpusat pada pentingnya untuk kembali membaca Jakarta berikut daftar ‘pekerjaan rumah’ DKJ yang mendesak. “Beberapa hal yang harus sesegera mungkin dilakukan adalah capacity building untuk karyawan DKJ, koordinasi yang baik dengan Unit Pelaksana Taman Ismail Marzuki (UP TIM), gagasan yang baik untuk program penerbitan buku, meneruskan perbincangan dengan beberapa kalangan internasional tentang sinergi program yang lebih organic (bukan sekedar menjadi wadah dari program yang diimpor), dan standard operating procedure antar lintas komite tentang kriteria kuratorial,” papar Helly.
Setelah jeda makan siang, Rapat Paripurna dilanjutkan dengan agenda pemilihan Pengurus Harian (PH) DKJ. Pemilihan dilakukan dengan pemungutan suara. Dua dari lima posisi PH masih diisi oleh PH sebelumnya, karena mereka kembali terpilih di periode sekarang.
Berikut adalah anggota yang dipercaya menjadi Pengurus Harian DKJ 2015-2018:
- Ketua Pengurus Harian DKJ: Irawan Karseno
- Sekertaris Jenderal: Danton Sihombing
- Ketua Bidang Program: Helly Minarti
- Ketua Bidang Umum: Hafiz Rancajale
- Ketua Bidang Administrasi dan Keuangan: Aini Sani Hutasoit
Rapat Paripurna masih berlangsung hingga sore hari. Beberapa ide mengenai posisi DKJ saat ini dilontarkan.
“Untuk lebih mempertegas posisi DKJ, sepertinya kita harus melakukan re-branding tentang DKJ. Tidak hanya sebagai mitra Gubernur, tetapi sebagai mitra strategis Gubernur untuk menciptakan kota Jakarta yang berbudaya,” ujar Danton Sihombing.
“Narasi baru untuk setiap ruang seni di Taman Ismail Marzuki (TIM) juga harus disusun,” ujar Afrizal Malna, anggota Komite Teater. Pembuatan narasi baru tersebut bertujuan untuk mengembalikan kejayaan TIM dan wilayah UPT lainnya (Wayang Orang Bharata, Gedung Miss Tjitjih, Gedung Kesenian Jakarta, serta PPHUI Usmar Ismail) sebagai pusat kesenian.
Rencana dan strategi DKJ akan dibahas lebih lanjut dalam Rapat Pleno Program yang dijadwalkan pada 27 Mei mendatang. Dalam rapat tersebut akan dijabarkan program-program yang akan dijalankan tahun ini dari enam Komite DKJ. Enam Komite DKJ tersebut adalah Komite Film, Komite Musik, Komite Sastra, Komite Seni Rupa, Komite Tari, dan Komite Teater.