Setelah Djakarta Teater Platform (DTP) sukses menghadirkan PostHaste karya Teater Payung Hitam, kini pada edisi kedua DTP menampilkan Octopus karya Teater Poros. Program yang dirancang oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta ini berusaha menjawab anggapan bahwa kehidupan teater di Jakarta terpuruk sejak awal 2000-an dan kondisi teater di Indonesia yang stagnan karena tidak adanya platform untuk teater mendapatkan putaran balik antara gagasan, produk-produk intelektual masa kini, respon publik maupun pasar sebagai basis penciptaan dan didistribusikan kembali ke dalam putaran balik ini.
Octopus karya Teater Poros berangkat dari pemetaan terhadap kekerasan yang dialami perempuan. Riset ini dilakukan oleh para aktor Teater Poros melalui mesin pencari google. Pemetaan yang dilakukan ini mendapat bandingan dengan sejarah masa lalu Senen yang penuh dengan kekerasan. Pasar Senen merupakan tempat bertemu para pedagang, politikus, seniman, wartawan, pekerja seks, calo, maupun penjahat dari berbagai sub-etnis. Octopus adalah representasi dari kasus-kasus kekerasan yang telah menggurita di Indonesia. Proses kreatif ini berjalan intens di Gelanggang Remaja Planet Senen. Semua yang terlibat dalam proses kegiatan kreatif Teater Poros akrab dengan kondisi keseharian Planet Senen dan sekitarnya yang bising, keras, dan berpotensi terjadinya konflik-konflik sosial masyarakat kelas menengah bawah.
Teater Poros berinisiatif membuat pertunjukan yang dapat memberi ruang kepada anak-anak sekolah untuk bisa melihat teater sebagai media yang terbuka, sekaligus menjawab apa yang mereka gelisahkan bahwa teater di sekolah tidak hanya sebatas teater pelajar. Octopus menawarkan kepada penonton sesuatu yang baru. Selain berangkat dari riset, naskah juga berasal dari elaborasi antara riset dengan kefasihan biografis masing-masing aktor, serta teks dan alur pertunjukan yang tak lagi linear.
Teater Poros yang berdiri pada 31 Oktober 1990 adalah teater yang tumbuh dan berkembang di kawasan padat sekitar Senen, Cempaka Putih dan Kemayoran, Jakarta Pusat. Seringkali Teater Poros membuat proyek-proyek pertunjukan untuk peristiwa nasional di kecamatan. Kelompok ini menggunakan workshop sebagai pengenalan akting teater di sekolah-sekolah, sekaligus sebagai metode audisi untuk kebutuhan regenerasi dalam kelompok teater mereka.
Djakarta Teater Platform merupakan sebuah laboratorium bersama di mana kurasi dilakukan bukan pada dataran karya, namun pada dataran gagasan. Program ini berusaha menjadi sebuah platform untuk praktek-praktek teater mempertaruhkan nilai tukarnya antara riset, pertanyaan, dan kebebasan.