1-31 Maret 2009 Sepanjang bulan Maret 2009, Kineforum dan Jurnal Karbon mengadakan Pameran Sejarah Bioskop Indonesia untuk yang kedua kalinya, setelah yang pertama diselenggarakan pada Maret 2008. Pameran ini adalah satu dari rangkaian acara Sejarah adalah Sekarang 3 – Bulan Film Nasional 2009 yang diadakan oleh Kineforum Dewan Kesenian Jakarta. Selain pameran, selama satu bulan penuh diputar berbagai program film Indonesia secara gratis, juga diadakan “Publik untuk Ruang Publik”, sebuah acara penggalangan dana bagi Kineforum, yang kali ini diramaikan pertunjukan musik oleh band Sore dan Kunokini.
Pameran Sejarah Bioskop Indonesia menampilkan secara singkat sejarah panjang bioskop Indonesia sejak 1900 sampai 2009. Berlangsung di dua tempat sekaligus, yaitu di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki dan Komunitas Salihara, pameran ini menampilkan rangkaian teks, foto, poster, serta komentar-komentar penonton pameran tahun sebelumnya tentang bioskop; semuanya dalam bentuk presentasi yang baru dengan tambahan sejumlah data-data baru. Khusus di komunitas Salihara, pameran diadakan dengan menanggapi sejumlah ruang luar dan ruang dalam arsitektur Salihara. Teks dan foto menempel pada panel, dinding luar, dinding kafe, koridor gedung teater, hingga dinding toilet.
Kedua pameran dalam dua tahun ini, adalah pameran pertama tentang sejarah bioskop Indonesia. Data-data yang ditampilkan saat ini lebih bertujuan untuk membuka kaitan antarkejadian penting yang berhubungan erat dengan jatuh-bangun bioskop Indonesia. Bioskop, yang ternyata memiliki banyak wajah: dari hanya sebuah rumah biasa, arsitektur megah pada zamannya, menjadi gedung tua yang dihancurkan atau berganti fungsi, retail dalam mal, hingga sebuah ruang pemutaran mungil. Jika sekarang bioskop menempel di mal, dulu bioskop ditemani taman hiburan, bersaing dengan wayang orang ataupun komedi stambul, bahkan sampai mengadakan pertandingan tinju untuk menarik penonton—masa ketika televisi, VCD, maupun DVD belum lagi ada sebagai saingan tontonan. Bioskop juga pernah menjadi saksi bisu bagaimana masyarakat dipilah berdasarkan ras dan kelas, impor film ditukar dengan ekspor tekstil, distribusi film dimonopoli, atau film nasional yang hanya bisa diputar di bioskop kelas bawah. Bioskop telah memutar banyak hal, dari film sebagai berita, propaganda, hiburan, hingga film sebagai ekspresi dan kritik artistik. Kini, bioskop tak hanya menjadi tempat menonton, namun juga ruang diskusi. Setelah lebih dari 100 tahun, sejarah bioskop menemani dan merekam erat sejarah masyarakat dan kotanya.
Sejarah adalah sekarang, seperti tema acara ini, adalah usaha merekam apa yang bisa kita temukan sekarang mengenai sejarah, sebelum itu dilupakan dan seakan tak pernah terjadi. Banyak film-film Indonesia yang tak bisa ditemukan oleh Kineforum melalui rekan kerjanya, Sinematek Indonesia yang berada dalam kondisi mengenaskan; tanpa dukungan dana dan sistem kerja yang baik. Kita tak memiliki arsip film nasional yang layak, yang membuat kita bisa menyaksikan kembali bagaimana masa lalu Indonesia melalui film-filmnya. Hal ini terjadi pula pada bioskop. Banyak bioskop berganti nama, beralih fungsi, dirobohkan, tanpa pernah kita tahu kapan itu semua terjadi, baik melalui foto dan berita, termasuk buku hasil penelitian tentang bioskop yang sangat langka, dan sekalipun ada, sulit dijangkau oleh kalangan luas. Saat ini, setidaknya sejarah itu bisa diungkapkan perlahan-lahan, melalui pameran yang memang direncanakan untuk terus berkembang dengan penelitian selanjutnya yang akan menghasilkan data-data baru. Sehingga kita bisa tahu, bagaimana kenyataan perjalanan bioskop yang selama ini telah mempertemukan film dan penonton, antara hasil rekaman kenyataan masyarakat dengan masyarakat yang direkamnya, dalam satu ruang. Pameran ini bertujuan membuka informasi tersebut, sembari mengajak pengunjung dan sejumlah pihak yang peduli, baik melalui dukungan data ataupun dana, untuk membenahi sejarah kita. Sehingga bioskop tak hanya menjadi tempat meraup keuntungan belaka. Sebelum suatu saat bioskop saat ini bisa bangkrut kembali jika tak mengetahui sejarah yang mendirikannya. Sebelum kita kehilangan terlalu banyak ingatan yang seharusnya menghidupi kita di masa depan. Pameran Sejarah Bioskop Indonesia ini berusaha merekamnya, sekarang.
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki
Jl. Cikini Raya No. 73, Menteng, Jakarta Pusat
Komunitas Salihara
Jl. Salihara No.16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan
1-31 Maret 2009
(Dikutip dari www.karbonjournal.org)