Pada Jumat, 20 Maret 2015 lalu telah diluncurkan buku Kurasi dan Kuasa karya Agung Hujatnikajennong di Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Pada peluncuran tersebut, diisi dengan diskusi buku Kurasi dan Kuasa dengan narasumber Hendro Wiyanto (kurator), Tommy F. Awuy (pengajar filsafat dan pengelola galeri), dan Agung Hujatnikajennong (penulis buku dan kurator), serta Irawan Karseno (Ketua Dewan Kesenian Jakarta) sebagai moderator.
“Dongeng kekuratoran di dunia luar maupun di Indonesia mau tidak mau menjadi sahih kalau kita membaca buku Jennong. Kurator itu agen, tempat terjadinya kuasa dan macam-macam relasi dalam seni rupa,” ujar Hendro Wiyanto yang saat diskusi berlangsung.
Istilah, praktik, dan profesi “kurator” yang belakangan marak di dunia senirupa Indonesia sesungguhnya nyaris tak pernah ditemukan dalam wacana senirupa Indonesia sebelum era 1990an. Mengapa demikian? Adakah kaitan antara “kurator” dengan wacana “senirupa kontemporer” yang juga berkembang dari kurun yan sama?
Buku ini mengupas sejarah teori dan praktik kekuratoran baik di Barat maupun dalam konteks yang khas Indonesia, beserta relasinya dengan kuasa-kuasa lain yang bekerja dalam medan senirupa, baik itu kuasa politik maupun kuasa ekonomi. Buku ini adalah sebuah sumbangan penting bagi kepustakaan dan kajian seni di Indonesia.
Buku Kurasi dan Kuasa: Kekuratoran dalam Medan Seni Rupa Kontemporer di Indonesia karya Agung Hujatnikajennong bisa dibeli dengan harga Rp 65.00,- di outlet-outlet Marjin Kiri.