Maestro balet Indonesia, Farida Oetoyo, wafat hari ini, Minggu (18/5). Beliau meninggal sekitar jam 3.50 pagi hari dalam perawatan di Rumah Sakit Premier Bintaro, Tangerang Selatan.
Ibunda dari Aksan Sjuman, Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta, meninggal dunia pada usia 74 tahun. Farida yang lahir di Solo pada 7 Juli 1939, meninggal akibat penyakit komplikasi diabetes ke jantung yang dideritanya sejak tiga tahun terakhir serta ginjal.
“Farida Oetoyo adalah salah satu perintis tari modern/kontemporer Indonesia tidak saja melalui karya koreografiknya namun juga perannya sebagai pendidik tari. Selain karya koreografiknya yang ikut membentuk sejarah tari kontemporer kita, ia juga dikenal sebagai pendidik tari yang melahirkan penari-penari Indonesia yang mampu menembus pentas internasional, diantaranya Linda Hoemar di dekade sebelumnya dan Ditta Miranda Jasfji. Kami semua sangat kehilangan,” jelas Kutipan dari mba Helly MInarti, Ketua Bidang DKJ dan anggota Komite Tari.
Farida sempat mengenyam pendidikan di Akademi Balet Bolshoi, Moskow. Karya-karya besar Farida di antaranya “Rama & Shinta” dan “Gunung Agung Meletus” yang dipentaskan pada tahun 1970-an. Atas dasar kecintaannya pada dunia tari, beliau juga mendirikan sekolah balet Sumber Cipta dibilangan Pondok Pinang, Jakarta Selatan.
Selain menggeluti dunia tari Indonesia, Farida juga pernah membintangi beberapa judul film pada akhir tahun 1960 hingga awal 1970-an, diantaranya Apa Jang Kau Tjari, Palupi? (1969), Perawan di Sektor Selatan (1971), Dendam si Anak Haram (1972), Lingkaran Setan (1972), dan Bumi Makin Panas (1973).
Jenazah Farida Oetoyo dikuburkan di TPU Tanah Kusir, Minggu siang (18/5). Selamat jalan empu Balet Indonesia.