Festival Teater Jakarta hadir kembali dengan tema “Transisi”—yang ditulis menyerupai bahasa pemrograman komputer: / / Trans > < isi / /. Selama 19 hari 265 grup teater akan meramaikan FTJ 2016. Selain menggelar pertunjukan, FTJ 2016 juga menyelenggarakan beragam lokakarya yang terbuka untuk umum. Misalnya, lokakarya Sensor Gerak, Fotografi Seni Pertunjukan, Jurnalisme Seni Pertunjukan, Riset Teater lewat Jalan Mural. Selain itu, masih ada pula program kuratorial FTJ 2016, pameran dan diskusi arsip, pasar seni dan kafe aktor. FTJ 2016 akan dibuka di Plaza Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, pada 21 November 19:00 WIB. Pada malam pembukaan nanti akan berlangsung pentas kolaborasi sejumlah seniman berjudul T.T.T (To the Tit) yang disutradari Yustiansyah Lesmana (Jakarta), Dramaturg Taufiq Darwis (Bandung), dan Ensamble Tikoro (Bandung). Pertunjukan itu berlangsung di sekitar sekaligus akan merespons instalasi bambu berbentuk paus raksasa berjudul The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna (Denpasar).
Sementara pada malam penutupan 9 Desember nanti, selain dibacakan pemenang FTJ 2016, penonton juga akan dihibur dengan penampilan kelompok teater hyper-performance MuDa dari Jepang dengan karya berjudul SEMEGIAI Random 02.
Kelompok-kelompok teater yang akan tampil di FTJ 2016 akan terbagi ke dalam “empat sayap”: Sayap Utama, Sayap Tamu, Sayap Klasik, Sayap Perspektif. Sayap Utama berisi penampilan 16 grup teater yang menjuarai babak penyisihan Festival Teater Jakarta di lima wilayah DKI Jakarta. Sayap Tamu menampilkan empat kelompok teater undangan, yaitu Jaring Project (Yogyakarta), Artery (Jakarta), Padepokan Seni Madura (Madura), Sena Didi Mime Indonesia (Jakarta). Sementara Sayap Klasik adalah pentas grup-grup teater tradisional yang hingga kini masih bertahan di Jakarta. Yaitu, Lenong Denes Puja Betawi, Sahibul Hikayat Ita Saputra, Wayang Orang Bharata, Sandiwara Sunda Miss Tjitjih. Adapun Sayap Perspektif adalah penampilan dua kelompok di malam pembukaan (kolaborasi seniman) dan penutupan (kelompok MuDa dari Jepang).
“Ini merupakan terobosan baru bagi FTJ yang berusaha mengangkut kerja lintas media dan keberagaman sudut pandang dalam melihat media teater,” kata Afrizal Malna, Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.
Tema “Transisi” diambil sebagai upaya untuk melepas batas antara tradisi dan modern. Dalam konteks sejarah seni pertunjukan Indonesia, pelaku seni pertunjukan teater sering kali terjebak dalam pemilihan bentuk teater yang ekstrem. Ketika salah satu bentuk teater dipilih, teater modern misalnya, maka mereka akan meninggalkan teater tradisional. “Pada kenyataannya, teater tradisional ini masih ada di pasar dan memiliki pasar,” kata Afrizal.
Dengan melepas batas, diharapkan teater-teater tradisional bisa terlibat lagi dengan perubahan-perubahan yang terjadi sekarang. Para pelaku teater yang terlibat dalam pementasan FTJ, baik modern maupun tradisional, diharapkan bisa menghasilkan karya yang melepas batas-batas dikotomi antara tradisional-modern.
Transisi juga menjadi visi Dewan Kesenian Jakarta untuk mengubah citra orientasi Festival Teater Jakarta. Menurut Afrizal, FTJ saat ini belum bisa beranjak dari anggapan masyarakat dan juga pelaku seni itu sendiri, bahwa festival itu hanya sekedar sebagai lomba. “Kami ingin FTJ lebih dari sekadar lomba. Diharapkan kelompok teater yang tampil bisa memosisikan diri sebagai sebuah seni pertunjukan yang mampu merespons kondisi lingkungannya,” ujar Afrizal.
Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno menyambut baik kerja keras Komite Teater DKJ untuk mengakomodasi program-program berskala nasional maupun internasional. Kerja sama DKJ dengan berbagai pihak bertujuan mencapai posisi tawar terbaik bagi dunia kesenian. “Kami ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah (daerah dan nasional) untuk menjadikan kembali kesenian sebagai aspek penting dan strategis bagi kehidupan,” kata Irawan.
Kepala Bidang Sumber Daya Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Supriyatin, mengatakan bahwa instansinya sangat mendukung berbagai kreativitas seni melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Bukan hanya FTJ, tetapi kami juga mendukung kegiatan teater lain, di antaranya Festival Teater SMA dan Festival Teater Anak. “Melalui Unit Pelaksana Pusat Pendidikan Seni Budaya, kami bekerja sama dengan para seniman untuk melakukan pelatihan-pelatihan bidang teater,” kata Supriyatin.
FTJ 2016 diselenggarakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta dan didukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Dukungan juga datang dari Badan Ekonomi Kreatif, media massa dan pihak-pihak lainnya.