Orkes kota Jakarta City Philharmonic (JCP) menggelar konser ke-empat, dengan menampilkan karya dari tiga komponis Italia awal abad ke-20 dan satu komponis Indonesia, yang dirangkai dalam tema daur ulang dan opera.
“Keberhasilan tiga edisi sebelumnya membawa JCP dapat melanjutkan program-program ke depan dengan berbagai tema (edisi). Dengan kata lain, JCP tidak akan berhenti di sini saja. Dengan kredit yang baik dari berbagai pementasan sebelumnya, kerja sama kami dengan BEKRAF dapat dilanjutkan sampai delapan edisi di tahun ini,” ujar Anto Hoed, Ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Tiga karya dari tiga komponis hebat yang dimiliki Italia adalah Lagu dan Tarian Kuno, Suita I karya Ottorino Respighi, Suita Simfonik, Op. 25: III. Gigue karya Ferrucio Busoni, dan Lelakon Bohemian: Babak Pertama karya Giacomo Puccini.
Daur Ulang dalam tema ini mengacu pada karya Respighi –yang merupakan komponis Italia yang membawa warna orkestra Rusia ke dalam musik Italia, mengingat Respighi pernah belajar dengan Nikolay Rimsky-Korsakov, salah satu komposer Mighty Handful di St Petersburg—dan Ferrucio Busoni –yang merupakan komponis sekaligus guru besar musik di berbagai konservarium. Dua komponis tersebut memiliki kecenderungan palimpsestik (serupa tapi tak sama). Karya mereka berdua sama-sama memproduksi ulang musik antik yang merupakan manifestasi kejayaan artefak budaya era Renaisans dan Barok di Italia – dan hingga batas tertentu, format musik simfoni Jerman.
Sementara itu, karya Giacomo Puccini akan dibawakan khusus dengan format opera, dengan mengundang pemeran utama Pharel Silaban dan Fika Djaya, serta pemeran pendukung Joseph Kristanto, Ega O Azarya, Rainier Revireino, dan Hari Santosa.
Selain ketiga komponis Italia tersebut, ada pula karya dari komponis Indonesia yang dapat kita nikmati dalam konser JCP bulan ini, yaitu Khintilan karya Diecky Kurniawan Indrapraja. Pria kelahiran Malang tahun 1979 ini adalah komponis muda yang salah satu karyanya, berjudul Interruption, masuk dalam sepuluh karya terbaik komponis muda Asia Tenggara (2011).
Konser Jakarta City Philharmonic #4: Italia – Daur Ulang dan Opera akan diaba langsung oleh Pengaba Utama JCP, Budi Utomo Prabowo. Konser ini diadakan pada Rabu, 7 Juni 2017 di Gedung Kesenian Jakarta. Para pemain Jakarta City Philharmonic merupakan hasil audisi terbuka yang diadakan di dua kota besar di Indonesia, Jakarta dan Yogyakarta, pada awal tahun lalu.
“Tidak semua pemain Jakarta City Philharmonic berdomisili dari Jakarta, itu menjadi tantangan tersendiri. Pertama karena mereka sulit mendapat tempat tinggal di Jakarta – di mana mereka bisa berlatih di luar jadwal latihan orkes. Selain itu mereka menanggung sendiri beban transportasi dan akomodasi sehingga paling tidak seperempat dari pendapatan mereka untuk menutup biaya kedua hal itu. Meskipun mereka tidak mengeluhkannya hal tersebut, tapi ini perlu kita pikirkan dengan serius. Misalnya menyediakan kembali fasilitas Wisma Seni yang dulu pernah ada di kawasan Taman Ismail Marzuki. Hal ini bisa menjadi masukan bagi pemerintah kota Jakarta,” ungkap Pengaba Utama JCP, Tommy (panggilan akrabnya).
Mengenai Jakarta City Philharmonic
Jakarta City Philharmonic (JCP) adalah proyek bersama Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) dengan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Pada bulan November 2016 orkes ini mengadakan pentas perdana dan mendapat sambutan hangat dari kalangan pecinta musik orkestra klasik di Jakarta. JCP dibentuk untuk melengkapi Jakarta sebagai kota metropolitan. Seperti layaknya kota-kota besar di dunia, kehadiran sebuah orkestra profesional – dengan jadwal padat sepanjang tahun – merupakan kebutuhan kultural sebuah metropolitan modern. Dengan program yang menarik sekaligus edukasional- informatif, JCP berupaya – dengan sumber daya manusia Indonesia yang tersedia – menghadirkan repertoar musik klasik dunia kepada masyarakat Jakarta secara khusus, dan tentu saja seluruh warga Indonesia. Musik bermutu menjadi terjangkau, tidak elitis, dan mudah disentuh guna memperkaya kehidupan kultural masyarakat yang sehat, sekaligus memberi kesempatan mendapatkan pengalaman pribadi akan betapa kuatnya pengaruh musik dalam jiwa seseorang.
Karya musik simfonik anak bangsa menjadi prioritas untuk dihadirkan dalam setiap edisi pementasan, berdampingan dengan raksasa-raksasa musik simfonik dunia yang sudah lebih dulu menggaung di bangsal-bangsal legendaris sejagad. Besar harapan kita, karya mereka kelak menjadi repertoar dunia setelah JCP menampilkannya. Untuk memenuhi impian tersebut, segenap musisi nasional dengan latar belakang klasik Barat dikerahkan melalui seleksi – baik melalui pemilihan maupun dengan audisi tertutup berkala – sehingga standar penampilan dapat terus ditingkatkan. JCP sebagai institusi dapat menjadi sarana dialog kultural di tingkat nasional dan internasional serta berperan aktif dalam perdamaian dunia melalui bahasa yang universal: musik.