Lika-liku perjuangan menuju Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 terekam dengan begitu bermakna oleh beberapa fotografer, yang dengan sengaja dan kesadaran penuh untuk membuat sebuah karya fotografi. Mereka, antara lain, Alex dan Frans Mendur, fotografer yang tergabung dalam organisasi tempatnya berkiprah: IPPHOS.
Boleh dibilang, banyak di antara kita yang tak tahu kiprah mereka dalam merekam momen-momen penting berdirinya negeri ini. Mereka, misalnya, merekam ketika pembacaan teks proklamasi oleh Bung Karno dan pemasangan bendera merah-putih di hari proklamasi – dua momen yang sesungguhnya merupakan ekspresi dan identitas dari fotografer sendiri.
Lewat karya-karya foto mereka dalam pameran bertajuk “Identitas untuk Semua” ini akan terlihat keragaman dan bahkan perbedaan sikap sesama masyarakat, sampai adanya kesepakatan tentang adanya satu negeri yang berbeda tetapi satu ini. Semangat dan sorot wajah entusiasme berbagai lapisan masyarakat. Semua direkam bukan saja oleh jurufoto Indonesia tetapi juga oleh jurufoto Cas Oorthuys, asal Belanda yang turut mempropagandakan kemerdekaan Indonesia dalam karya karya foto yang menjadi buku “In Het Land in Wording” (1946).
Dari gambar gambar foto ini kita menjadi tahu dan sadar bahwa kemerdekaan yang kita nikmati sekanag ini adalah hasil kesadaran dan perjuangan individu-individu yang bersama-sama berniat membangun satu yang lebih baik, yang bukan hanya memenuhi kebutuhan sandang dan pangan melainkan pada harkat dan harga diri yang hanya akan dapat tercapai bila ada satu identitas yang baru untuk semua: Indonesia.
Pameran foto yang digelar sepanjang 14 hingga 17 Agustus ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan bulan kemerdekaan Dewan Kesenian Jakarta yang mengambil tema serupa, “Identitas untuk Semua “. Selain pameran foto, program lain yang ikut mendukung perayaan ini adalah Festival Seni Budaya Tiongha – Indonesia dan Pemutaran Film Kemerdekaan Kineforum yang diselenggarakan sepanjang Agustus 2010.
(TEMPO Interaktif, Jakarta)