Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta bekerjasama dengan Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo), British Council dan The Japan Foundation serta Institut Kesenian Jakarta (IKJ), kembali menyelenggarakan even akbar Djakarta Teater Platform (DTP) ke-4 pada 8-20 Juli 2019.
Program DTP tahun ini mengangkat tema “Kekuasaan dan Ketakutan”, untuk membingkai aneka kegiatan yang bertujuan untuk meletakkan “kekuasan dan ketakutan” dalam sebuah hypogram yang dalam praktik kerja kesenian jarang disentuh.
Ada beragam acara yang akan diadakan selama pekan kegiatan ini, yakni pertunjukan, pameran, diskusi, workshop dan lecture, yang bertempat di Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Studio TOM FFTV dan Gedung Teater Luwes Institut Kesenian Jakarta.
Selain menghadirkan seniman lokal, DTP tahun ini juga mendatangkan tiga kelompok seniman teater luar negeri, yakni Impermanence Dance Theatre dan Corali Dance Company dari Inggris, serta Yasuhito Yano (sutradara Theatre Company Shelf) dari Jepang.
Corali dan Impermanence akan berpartisipasi bersama dalam residensi inklusif bertemakan kesenian disabilitas selama sepekan. Corali telah bekerjasama dengan Impermanence dalam beberapa tahun belakangan untuk membuat proyek lokakarya tentang kesenian disabilitas. Sejak didirikan pada 1989, Corali terkenal sebagai pemimpin dalam penciptaan pertunjukan tari dengan penekanan khusus pada pembelajaran disabilitas.
Sementara itu, Impermanence akan mementaskan “Baal” yang diadopsi dari tulisan Bertolt Brecht (1918). Indonesia akan menjadi panggung pertama di mana karya terbaru kelompok dance teater Inggris tersebut dipentaskan. Dalam pertunjukannya, “Baal” akan diiringi oleh “original soundtrack” yang dikomposisi dan dipertunjukan langsung oleh musisi akustik-elektro Robert Bentall.
Kekuasaan dan Ketakutan
DTP tahun 2019 mengusung tema yang tampak seperti sebuah ideologi perjuangan. Tentu dalam konteks perjuangan merancang modus penciptaan karya seni masa kini yang bertendensi ke model konvergensi, di mana tidak ada lagi keterpusatan pada kelompok seni tertentu.
Dengan merujuk pada kompleksitas representasi praktik kekuasaan yang terpapar dalam karya-karya klasik semisal Oedipus, Dionysus, King Lear, Hamlet, Machbet, Faust, Baal, Danton, Monserat, dan Caligula, Komite Teater mencoba mengkurasi pelbagai karya seni yang terlibat langsung dalam proses penciptaan gagasan-gagasan tersebut.
Penyingkiran terhadap perempuan, misalnya, menjelaskan relasi gender yang tidak lagi berimbang. Namun hal itu tampak lazim dalam kultur masyarakat, misalnya banyak kepemimpinan dalam dunia spiritual maupun politik dikuasai lelaki, tetapi tidak dilawan.
Dalam cerita-cerita lokal, selalu ditemukan varian dongeng yang mengisahkan tentang relasi kekuasaan hegemonik antara perempuan dan laki-laki. Dalam nyanyian Wandiu-ndiu (cerita rakyat Wakatobi, Sulawesi Tenggara), perempuan harus menyingkir ke laut dan menjadi ikan duyung. Begitu pula dengan cerita Ina Lewo dari tradisi Lamaholot, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, di mana perempuan harus menyingkir ke gunung. Mitos Nyai Loro Kidul pun merepresentasikan nasib perempuan dijadikan hantu laut.
Dengan menempatkan bahasa sebagai medan pertarungan “kekuasaan”, “perempuan” dan “kematian” inilah menjadi alasan rasional mengapa DTP 2019 mengangkat tema ini: “Kekuasaan dan Ketakutan”.
Djakarta Teater Platform (dengan huruf D di depan, untuk merawat memori kolektif kita tentang Djakarta) diharapkan dapat menjadi sebuah laboratorium bersama sekaligus menjadi ruang belajar untuk bagaimana teater “dipertaruhkan” dalam medan politik budaya di sekitarnya.
Seluruh rangkaian acara dalam Djakarta Teater Platform ke-4 2019 ini tidak dipungut biaya (GRATIS). Silakan melakukan registrasi online melalui:
https://www.loket.com/event/kekuasaandanketakutan
Untuk mengetahui info lengkap berkaitan dengan agenda Djakarta Teater Platform 2019 dapat dilihat melalui:
https://portalteater.com/catat-ini-agenda-djakarta-teater-platform-2019/