Pidato Kebudayaan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) adalah tradisi tahunan DKJ bekerja sama dengan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) yang telah dimulai sejak tahun 1989. Acara yang juga merupakan bagian dari rangkaian hari ulang tahun TIM ini memang memiliki ciri khas dengan mengundang seorang tokoh nasional setiap tahunnya untuk mengupas dan membahas persoalan-persoalan penting yang aktual. Para pembicara ini berusaha untuk mengupas beragam masalah yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia di setiap tahunnya dengan pemikiran-pemikiran yang jernih dari perspektif kebudayaan.
Menjelang dan setelah Reformasi, para tokoh yang aktif menentang Orde Baru seperti W.S. Rendra, Ali Sadikin dan Todung Mulya Lubis hingga Sultan Hamengkubuwono mendapatkan kesempatan untuk berbagi pandangan di forum Pidato Kebudayaan. Berbagai macam gagasan dalam bidang kebudayaan hukum dan HAM untuk membangun dan menciptakan Indonesia yang lebih baik terlontar dari mulut para pembicara tersebut.
Pada awal tahun 2000an giliran persoalan-persoalan pada era Reformasi dijawab oleh Ayzyumardi Azra, Hidayat Nur Wahid, Ahmad Syafii Maarif, Zamawi Imron, Busyro Muqoddas dan Mahfud MD. Sedangkan dua pembicaran B.Herry dan Priyono yang tampil pada tahun 2006 serta I Gusti Agung Ayu Ratih pada tahun 2008 melihat demokrasi yang buntu pada saat itu. Terakhir adalah Ignas Kleden (2009) dan Rocky Gerung (2010) yang mengusulkan untuk membuat ruang privat dan ruang publik jauh lebih kuat dan jaya.
Dalam Pidato Kebudayaan edisi terakhir (2013), yang dibawakan oleh Karlina Supelli, acara ini pun mengalami perubahan format yang menonjol. Dari sekedar format pidato yang sederhana dan langsung diubah menjadi format yang lebih komunikatif, atraktif dan performatif, tanpa menghilangkan esensi dari pesan yang disampaikan. Tema pidato pun adalah hasil penelitian dan diskusi antara pembicara (Karlina Supelli) dengan tim DKJ.
Pidato Kebudayaan 2014 akan mengulang format baru ini: mengangkat tema esensial dalam gaya TED 2008 melihat demokrasi yang buntu pada saat itu. Terakhir adalah Ignas Kleden (2009) dan Rocky Gerung (2010) yang mengusulkan untuk membuat ruang privat dan ruang publik jauh lebih kuat dan jaya.