Yang terhormat, Bapak Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Bpk. Jero Wacik, selaku Dewan penasehat Festival Film Indonesia, bapak-ibu dewan pengarah sekalian.
Ada beberapa hal yang ingin disampaikan sehubungan dengan persiapan pelaksanaan FFI 2011:
Sejak pertama kali ditawarkan untuk menjadi Ketua Panitia Pelaksana FFI 2011 ini, hal pertama yang terlintas dalam benak saya adalah sebuah tantangan besar untuk menjawab beberapa hal yang sesungguhnya bersifat paradox; di satu sisi pelaksanaan FFI yang selalu kontroversial, baik menyangkut proses kerja kepanitiaannya maupun hasil-hasil penjuriannya; banyak kecaman, kritik bahkan protes yang sangat keras dan beredar di masyarakat luas. Tetapi di sisi lain tidak ada sebuah festival film di dalam negeri yang memiliki “sihir” hebat semacam FFI. FFI memiliki ikatan historis sangat dalam, bukan saja pada perkembangan film semata tetapi pada berpengaruh pada perkembangan social budaya masyarakat kita. Sehingga harapan dan ekspektasi tinggi masih menjadi beban sekaligus kewibawaan festival ini.
Pada konteks itu saya pribadi melihatnya sebagai peluang untuk membangun kembali festival film Indonesia, bukan sekedar sebagai event masyarakat film semata, dimana acuan, prestasi dan pencapaian dirayakan dan dimuliakan, tetapi jauh lebih penting lagi adalah menjadikan event ini sebagai perayaan atas “bertahannya” daya kreatif manusia Indonesia dalam menyikapi perubahan lingkungan, baik yang bersifat ekonomis (ditandai dengan peningkatan jumlah produksi dan penonton) tetapi juga yang bersifat social cultural, sebagai forum dialog berbagai gagasan, perayaaan atas perbedaan maupun ruang edukasi bagi public melakukan refleksi atas jati diri, nilai-nilai kebangsaan maupun persatuan menghadapi tantangan global hari ini dan di masa depan.
Berangkat dari dasar pemikiran tersebut, maka harus ada upaya signifikan dalam melakukan perbaikan-perbaikan pelaksanaan FFI tahun ini. Dan perbaikan-perbaikan yang dimaksud, mau tidak mau menyangkut perubahan paradigma memandang fungsi dari festival itu sendiri. Festival yang ideal pada akhirnya tidak berhenti pada sanjung dan puji kepada para peraih Piala Citra maupun Piala Vidia pada Malam Anugerah FFI 2011, tetapi dia harus mampu menjadi forum dialog antara penonton, para pembuat film dan para pembuat kebijakan, untuk bersama-sama membaca kembali perkembangan film Indonesia hari ini, membaca peluang dan tantangan terkait dengan perkembangan industry film tingkat regional dan global, serta pada akhirnya menetapkan kebijakan strategis dalam mencapai tujuan peningkatan peran film Indonesia dalam kancah industry dan ekonomi maupun dalam konteks ketahanan budaya ataupun pengembangan karakter bangsa.
Belajar dari penyelenggaraan FFI tahun-tahun sebelumnya, ada tiga isu penting dalam melakukan perubahan:
a. Pertama adalah melakukan perbaikan manajemen kepanitiaan sendiri
b. Kedua adalah perubahan dalam sistem penjurian yang lebih terukur parameter dan akuntabilitasnya.
c. Ketiga adalah acara-acara pendukung yang tidak melulu berkonsentrasi pada ceremony semata, tetapi mampu merangsang partisipasi public yang lebih luas dan memiliki muatan edukasi dan apresiasi
Untuk memperbaiki mutu manajemen kepanitiaan, kami telah selesai membuat tata laksana kerja kepanitiaan yang lebih rinci dan jelas, sistem pengambilan keputusan, struktur pertanggungjawaban kerja, garis koordinasi, sistem pelaporan dan monitoring setiap tahapan kerja . Semuanya diupayakan untuk memaksimalkan kerja panitia dan secara preventif dibuat untuk menghindari konflik internal seperti yang kita saksikan pada pelaksanaan FFI sebelumnya.
Untuk menjamin dalam sistem penjurian yang lebih terukur parameter dan akuntabilitasnya, kami juga telah merampungkan rancangan Buku Pedoman Pelaksanaan FFI 2011 yang jauh lebih rinci dari tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari Jenis Kompetisi, Persyaratan Umum, Ketentuan Umum, Ketentuan Khusus, Keabsahan, Tahapan Penjurian, Kriteria Juri, Tata Cara Penjurian, hingga jenis Penghargaan telah kami susun sedemikian rupa sebagai upaya preventif untuk menghindari kontroversi di seputar hasil penjurian FFI seperti yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya.
Untuk merangsang partisipasi publik yang lebih luas, kami akan mengadakan forum-forum apresiasi film, forum-forum dialog baik yang melibatkan publik secara langsung, maupun antar pemangku kepentingan film Indonesia, workshop dan lomba-lomba yang dimaksudkan untuk memelihara pertumbuhan bakat-bakat baru dalam perfilman tanah air maupun pengembangan penonton film Indonesia yang lebih cerdas dan kritis di masa depan.
Sebuah spirit perbaikan pada akhirnya membutuhkan keberanian melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan tuntutan jaman, dan perubahan-perubahan yang dimaksud pastinya membutuhkan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak. Dan Panpel FFI 2011 melihat ini saatnya yang tepat untuk memulai era baru membangun suasana kondusif dan lingkungan yang sehat bagi pengembangan film Indonesia yang lebih terarah di masa depan.
Terima Kasih
Jakarta, 25 Agustus 2011
M. Abduh Aziz
Ketua Panpel FFI 2011