Benang Merah Festival 2025, sebuah hajatan untuk membuka ruang warga untuk bercakap-cakap, belajar bersama hingga menjalin solidaritas, digelar pada 15-24 Juli 2025. Festival ini diinisiasi oleh Komunitas KAHE dan Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) serta berkolaborasi dengan Jakarta International Contemporary Dance Festival (JICON).

‘Pesta’ yang berlangsung di Taman Ismail Marzuki (TIM) dan beberapa lokasi lain di Jakarta itu menyajikan pertunjukkan tari, musik, kelas publik, bazar dan pameran karya, pemutaran dan diskusi film, serta diskusi publik.

“Kami membayangkan festival itu bisa menjadi ruang pertemuan untuk kemudian saling merayakan setiap pengetahuan, setiap pengalaman, setiap pergerakan kita di dalamnya. Tak hanya seniman tapi ruang pertemuan warga,” ujar Direktur Benang Merah Festival, Josh Marcy Putra Pattiwael, di Jakarta, Kamis (17/7/2025).

Direktur Benang Merah Festival, Josh Marcy Putra Pattiwael

Direktur Benang Merah Festival, Josh Marcy Putra Pattiwael.

Ko-direktur Benang Merah Festival 2025, Eka Putra Nggalu, menyebutkan program-program di Benang Merah Festival 2025 membuka percakapan dan mengupayakan terciptanya ruang percakapan yang terbuka dan setara dalam melihat kembali dinamika sosial politik kota melalui ragam ekspresi ketubuhan, seni, dan budaya.

“Sehingga buah-buah atau sari-sari dari festival ini bisa dinikmati masyarakat,” kata Eka.

Kurator Benang Merah Festival, Rebecca Kezia, mengatakan ide dari seluruh program di dalamnya adalah ‘Membuat Kebahagiaan Kolektif’. Oleh karena itu juga, Benang Merah Festival dirancang sebagai platform kolaboratif dan interaktif, dengan menggabungkan forum kreatif, pertunjukan seni, pemutaran film, kegiatan memasak interaktif, hingga tur jalan kaki sebagai bagian dari ekspresi koreografi sosial.

Kurator Benang Merah Festival, Rebecca Kezia

Kurator Benang Merah Festival, Rebecca Kezia (baju merah)

Ramah Disabilitas

Direktur Pelaksana “Benang Merah Festival”, Chriskevin, mengungkapkan festival ini dapat dinikmati siapapun dari generasi apapun dan dari mana saja. Termasuk disabilitas.

“Teman-teman tuli dan berkebutuhan khusus, kita coba fasilitasi. Jadi festival ini bisa dinikmati siapapun,” ucap Chriskevin.

Salah satu program yang dirancang ramah disabilitas adalah berwisata dari Stasiun Cikini ke Hutan Universitas Indonesia (UI).

Rebecca menambahkan program “Walking Art: Lintasan Prasangka” adalah, “Sebuah perjalanan untuk memaknai ulang, apa sih artinya bebas? Dan juga melihat lagi kedekatan kita sama pengalaman inderawi yang mungkin makin susah sekarang karena ada sosial media.”

Tur koreografi sosial dari Cikini menuju Depok tersebut dipandu oleh Ibe S Palogai dan Aisyah Ardani, sebagai bentuk seni berjalan kaki dan menyusuri kota.

“Bagi pengunjung disabilitas dan tidak bersama pendamping ketika datang ke Festival Benang Merah, bisa minta bantuan ke panitia on the spot. Ada teman-teman yang akan memandu nantinya,” imbuh Josh.

Sebagian besar program dalam Benang Merah Festival 2025 terbuka untuk umum, dengan beberapa program yang membutuhkan registrasi terlebih dahulu karena keterbatasan kapasitas peserta. Program seperti “Dari Kebun ke Meja” dan “Walking Art” dapat diikuti melalui pendaftaran daring yang akan diumumkan melalui akun Instagram Benang Merah Festival 2025.

 

Jadwal lengkap program Benang Merah Festival dapat disimak melalui tautan berikut: bit.ly/JadwalProgramBMF

Informasi lengkap festival dapat diikuti melalui sosial media:

www.instagram.com/benangmerahfestival/