Komik Indonesia mendunia. Tiga kreator komik Indonesia akan menorehkan jejaknya di ASIAN IP Showcase yang menjadi bagian dari Festival Film Cannes, di Paris, Prancis, pada 15-18 Mei 2025. Apa kehebatan mereka? Yuk mengenal ketiga kreator tersebut.
Ketiganya adalah Chris Lie (Komik JITU), Sunny Ghio (Locust), dan Bryan Valenza (Bandits). Ketiga kreator tersebut bukanlah nama-nama baru dalam industri komik.
Mulai dari Chris Lie. Bersama Yudha Negara Nyoman, Chris Lie membuat Komik JITU. Keresahan atas fenomena balap liar di Depok, Jawa Barat, ditangkap oleh Yudha. Dia pun menuangkan keresahannya melalui karya yang menyorot sekelompok penembak jitu yang melawan kekacauan sosial.
“Berawal dari keresahan si Yudha melihat fenomena balap liar di Depok. Rasanya gemas karena kejadian itu terus berulang. Jadi, kenapa tidak kita angkat isu tersebut?” ujar Chris Lie dalam diskusi Dari Jakarta ke Cannes yang digelar Komisi Filantropi Dewan Kesenian Jakarta, yang digelar di TIM, Jakarta Pusat, Rabu (23/4/2025).
JITU bahkan mencuri perhatian sutradara Timo Tjahjanto untuk mengadaptasinya ke layar lebar. “Untuk menjadikan ini sebagai project film, kita sudah mendapatkan yang memang jagonya di action film. Di sini ada yang kenal dengan Timo? Dan Timo sangat antusias dengan project ini,” kata kreator dari Caravan Studio itu.
Kedua, ada Sunny Ghio, kreator Locust. Karyanya itu mengangkat isu sejarah kelam Indonesia pada 1966 dari pengalaman etnis Tionghoa yang dianggap bagian dari komunis. Karya ini terinspirasi dari kisah nyata orang tua penulis naskah komik ini, Iskandar Salim.
Belalang dipilih sebagai perwujudan tokoh antagonis utama di Locust, sebuah simbol stigma yang dilekatkan pada etnis Tionghoa saat itu. “Kenapa saya gunakan belalang? Karena mereka identik dengan hama, sama seperti etnis Tionghoa pada zaman itu,” ungkap Sunny.
Ketiga, ada Bryan Valenza memperkenalkan Bandits. Karyanya mengisahkan Si Pitung atau Blackbull, salah satu karakter legendaris asal Betawi yang terpaksa melawan ketidakadilan dengan menjadi Bandit. Komik ini menonjolkan unsur bela diri silat sebagai warisan seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.
Melalui Cannes, ia berharap karyanya bisa menjalin kolaborasi dengan penerbit-penerbit besar seperti Massive Indies di Amerika.
Perwakilan Komite Ekonomi Kreatif Jakarta, Robby Wahyudi, optimis komik Indonesia bisa berkiprah di dunia. “Kami punya misi supaya budaya lokal kita bisa lebih dikenal luas di Indonesia dan internasional. Walaupun masih banyak tantangan, kita punya potensi besar, seperti dari film The Raid,” tutup Robby.