“Tugas membuka tabir sejarah tak bisa dibaca sebagai dendam, tapi soal bagaimana kita mendefinisikan identitas bangsa kita yang kuat karena keberagaman,” ujar Ketua DKJ Irawan Karseno saat jumpa pers di TIM, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Mei 2016.
Irawan berkata DKJ mengutuk pihak yang menghalang-halangi penyelenggaraan ALF 2016. “Ini kan usaha menyelamatkan citra bangsa, karena ini forum internasional. Pelarangan program ini mempermalukan kesadaran kita terhadap sejarah bangsa sendiri,” ujarnya.
Selain soal isu 1965, Irawan mengatakan pelarangan terhadap aktivitas membaca, dan mengenali fenomena LGBT menghambat pemahaman masyarakat akan LGBT itu sendiri. “Masyarakat jadi sulit mengerti akar kompleksitas persoalan LGBT yang tak semata soal agama. Mereka dipaksa memiliki satu pandangan tentang isu tersebut,” ujarnya.
Pertimbangan tersebut berujung pada keputusan DKJ mendukung pelaksanaan acara ini. Irawan pun menghimbau masyarakat tetap memelihara akal sehat dalam menghadapi provokator sejarah. “Kami meminta pihak pelarang tidak mengatasnamakan agama dan alasan keamanan untuk menghentikan kegiatan ini,” tutur Irawan.
Pelarangan, kata Irawan, juga sempat terjadi pada sejumlah kegiatan dengan tema yang relatif mirip, seperti Festival Teater Jakarta, dan Festival Belok Kiri. “Terus terang saya kecewa kenapa aparat cenderung lebih percaya pada ormas yang tak berkompeten soal seni.”
Dia mempertanyakan alasan keamanan yang selalu diungkapkan polisi, seolah keamanan tak pernah berpihak pada seniman dan akademisi. “Saya selalu tanya ke polisi. Acara seni bubar karena demo, nah kalau ada demo di DPR, kenapa bukan anggota DPR yang dibubarkan?” kata Irawan tersenyum.
Direktur ALF Okky Madasari pun menyatakan pihaknya menolak acara dibatalkan. “Itu sikap jelas kami, acara akan kami langsungkan sesuai jadwal,” kata dia gedung Teater Jakarta TIM, Kamis.
Menurut Okky, izin sudah mereka dapat dari Kepolisian Daerah Metro Jaya. “Pihak TIM sebagai penanggung jawab lokasi juga sudah mengantongi izin itu, bahkan Rabu pagi kami sudah bisa melaksanakan technical meeting,” katanya.
Dalam perhelatan ASEAN Literary Festival (ALF) pengunjung disuguhi diskusi sastra, yang melibatkan para penulis ternama Asia Tenggara, termasuk dari Indonesia.
Pada ALF 2016, penerima Nobel Perdamaian José Ramos-Horta dijadwalkan hadir memberi sambutan pada pembukaan festival, Kamis, 5 Mei 2016. Ramos, rencananya akan membahas topik yang berhubungan dengan tema yang diusung ALF 2016, yaitu ‘The Story of Now’.