KBR, Jakarta – Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) menegaskan kegiatan Asean Literary Festival (ALF) 2016 lolos seleksi tim kurator. Sehingga, menurut salah satu kurator DKJ Irawan Karseno, rangkaian gelaran sastra itu harus tetap dilanjutkan.
Ketua DKJ ini juga menyayangkan sikap Kepolisian yang mestinya menjamin keamanan warga dari ancaman kelompok intoleran. Lagipula, kata dia, diskusi tersebut hanya akan membahas mengenai sejumlah karya sastra yang berpengaruh.
“Harusnya ini tetap terlaksana, karena kita juga belum tahu isi diskusinya. Nanti kalau ada wayang dengan tema Srikandi apa iya dilarang, karena Srikandi kan banci. Harusnya mengutamakan dialektika yang lebih cerdas dibanding larang-melarang. Sangat aneh lah, kita dihadapkan pada pertarungan kreatif dunia tapi mengungkung kebebasan berpikir. Bagaimana mungkin karya seni yang berkualitas jika buntutnya selalu dikendalikan dengan dalih keamanan,” ungkapnya kepada KBR, Kamis, 5 Mei 2016.
Modus Pelarangan Selalu Sama
Pelarangan semacam ini sudah berulang kali terjadi, terakhir adalah festival belok kiri akhir Februari lalu. Saat itu, kegiatan terpaksa harus pindah ke LBH Jakarta.
Alih-alih melindungi peserta diskusi, Kepolisian malah melarang penyelenggaraan acara. Modusnya, kata Irawan, seringkali sama; mengatasnamakan keamanan dan ketertiban.
“TIM adalah tempat kebebasan ekspresi dan dewan kurator memunyai kemandirian kuratorial untuk itu (wilayah kesenian–Red) di wilayah TIM. Kalau ada apa-apa, ya sudah dinaikkan saja ke ranah hukum daripada larang melarang seperti orde baru. Ini sudah keterlaluan lah, kalau begini menurut saya ini sudah keterlaluan,” papar Irawan.
Irawan mengaku tengah mencari jalan untuk berbicara kepada Pemerintah atas maraknya pelarangan aparatur represif Kepolisian ini. “Kalau kita menghadapi terus tindakan-tindakan seperti ini, pelarangan demi pelarangan, ini kan mentok juga. Karena mereka selalu beralasan ada demo, untuk menjaga kemanan, ketertiban maka harus dibubarkan. Kami ingin mempertanyakan, kok intimidasi ini dibiarkan terus-menerus,” ungkapnya.
Irawan mengatakan, polisi memang sempat menanyanyakan sejumlah acara dalam kegiatan ini dan memastikan keterkaitan acara dengan kampanye LGBT. Namun ia mengaku belum mendapatkan rincian terkait pelarangan dari polisi setempat. “Memang kemarin pihak keamanan menanyakan satu mata acara diskusi. (Soal apa?) LGBT katanya. Ketika kami menerima informasi itu ya gelondongan saja, jadi belum dapat info detail,” pungkasnya kepada KBR.