Djakarta Teater Platform (DTP) adalah sebuah laboratorium bersama sekaligus menjadi ruang belajar untuk bagaimana teater “dipertaruhkan” dalam medan politik budaya di sekitarnya. Program yang dirancang oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta ini juga menjadi sebuah platform untuk praktek-praktek teater mempertaruhkan nilai tukarnya antara riset, pertanyaan, dan kebebasan.

Setelah Djakarta Teater Platform (DTP) sukses menampilkan 2 pertunjukannya, yaitu PostHaste oleh Teater Payung Hitam dan Octopus oleh Teater Poros, kini DTP memasuki pertunjukan ketiganya dengan menampilkan Dancing Queen/Danshinkwin oleh Bandar Teater Jakarta.

Dancing Queen Bandar Teater Jakarta adalah sebuah pertunjukan eksperimental dengan ruang teater yang spesifik. Karya ini dikembangkan melalui lukisan–Salvador Dali, “Girl at a Window” sebagai gagasan awal. Dimulai dengan eksplorasi gerak, menemukan teks, tokoh sejarah, dan corak audio visual dalam instalasi hidup yang absurd. Karya ini didasarkan pada sebuah eksplorasi non-teks dari hasrat keinginan penyingkapan aktor yang alamiah.

Sebagai judul, Dancing Queen yang juga merupakan lagu terkenal karya kelompok musik ABBA pada masanya sama sekali tidak mewakili proses pemaknaan seperti apa yang berlangsung dalam proses pertunjukan ini. Tetapi, Dancing Queen sebagai sebuah nama, ia melengkapi rentang setiap titik, patahan dan tegangan proses ini antara bertemu dan menghindar sebagai realitas sebuah kerja media teater menemukan bahasa performatifnya. Proses inilah yang disebut sebagai “teater performatif” oleh Bandar Teater Jakarta.

Seluruh materi yang dipentaskan dalam ruang yang digunakan untuk pertunjukan ini adalah Basement Teater Jakarta. Ruang yang memiliki tipologi khas: bukan rumah, kantor, masjid (meski digunakan sebagai masjid sementara), melainkan tempat parkir (rumah untuk mobil dan motor). Namun, ruang ini juga belum maksimal digunakan sebagai tempat parkir. Ruang yang sirkulasinya khas, yaitu berputar untuk masuk dan keluar lagi. Realitas bertemu dan menghindar sebagai siklus yang dihadapi oleh Bandar Teater dalam proses ini juga merupakan bagian dari efek sirkulasi ruang basement Teater Jakarta. Proses tersebut tidak lagi bekerja dalam wilayah representasi, melainkan dalam wilayah presentasi ke presentasi lainnya.

Bandar Teater Jakarta berdiri pada 5 Juni 1980 didirikan oleh sejumlah peserta workshop teater dan sastra yang diselenggarakan Gelanggang Remaja Jakarta Utara. Bandar Teater Jakarta pernah menjuarai Festival Teater Jakarta selama tiga tahun berturut-turut, yaitu 1989, 1990, dan 1991. Akbar Yumi, manager produksi mengungkapkan bahwa Dancing Queen Bandar Teater sendiri adalah bagaimana teks berusaha mengokupasi ruang, atau mengaktivasi ruang berdasarkan teks yang kemungkinannya justru malah mengkritisi teks itu sendiri. Penonton sendiri idealnya adalah para nativis yang kesehariannya melingkup situs yang dirujuk dalam peristiwa teater.

Program Djakarta Teater Platform (dengan huruf D di depan, untuk merawat memori kolektif kita tentang Djakarta). Program ini mencoba menjawab kebutuhan adanya platform untuk teater mendapatkan putaran balik antara gagasan, produk-produk intelektual masa kini, respon publik maupun pasar sebagai basis penciptaan dan didistribusi kembali ke dalam putaran balik ini.

Dancing Queen
Bandar Teater Jakarta
Pertunjukan:
Selasa, 17 Oktober 2017
Pukul 20.00 – 21.00 WIB
Areal Parkir Basement Gedung Teater Jakarta
Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73

Diskusi Pasca Pertunjukan:
Ruang Galeri Cipta III DKJ
Kamis, 19 Oktober 2017
Pukul 15.00 – 18.00 WIB

Kreator:
Liswati, Kerensa Dewantoro, Dendy Madiya, Scotlet, Busro Yusuf, Budi Tompel, Jean Marais, Lilis Ireng, Ugeng T. Moetidjo, Malhamang Zamzam, Tewel Seketi, Fidel, Ricky, Hartati, Agus Smoke, Ade Ceguk, Anggun Rahmawati, Firshada Helen

Dramaturgi: Ugeng T. Moetidjo | Sutradara 1: Malhamang Zamzam | Sutradara 2: Dendy Madiya | Manager produksi: Akbar Yumni | Kesaksian: Mohammad Yusro | Videografi: Ancoe Amar | Tata suara: Sentanu | Tata cahaya: Aziz Dying, Mamedz Slasov, Eggy Iskandar | Basement manager: Tewel Seketi.