Ruang sebagai agensi, merupakan perbincangan dua tahun terakhir perbincangan Komisi Riset dan Kebijakan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dalam menghubungkan seni dan kota. Perbincangan ini tidak lepas dari Konteks perkembangan sosial masyarakat hari ini pulalah, beserta perluasan praktik artistik di dalam seni kontemporer yang terhubung dengan isu-isu keseharian sosial di masyarakat, berdampak juga bagaimana DKJ sebagai lembaga memposisikan diri di masyarakat, khususnya warga DKI Jakarta, untuk lebih mencairkan isu-isu artistik dengan isu-isu sosial yang melingkupi sosial masyarakat.

Buku Disrupsi Tubuh Distorsi Ruang; Membaca Ulang Jakarta Lewat Tubuh dan Koreografi oleh Yola Yulfianti, seorang seniman, koreografer, dan juga pengajar di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), merupakan satu di antara tamsil yang mencoba merefleksikan proyek artistiknya yang terhubung dengan keberadaan Kota Jakarta. Jika melompat pada bab terakhir buku ini, yang berjudul “Dikoreografi Kota” adalah bayangan tentang bagaimana ruang kota menjadi agensi, karena melihat perkembangan Kota Jakarta yang semakin performatif dengan segala kompleksitas keberadaan ruang dan tindakan warga yang berkelindan satu sama lain sebagai sebuah keseharian yang sangat spasialitas. Tiap harinya kompleksitas ruang dan perilaku warga Kota Jakarta tersebut hampir tidak pernah linier, banyak cara warga Jakarta mensiasati ruang kota sebagai cara bertahan dan merespon ruang.

Penasaran isi buku Disrupsi Tubuh: Distorsi Ruang, Membaca Ulang Jakarta Lewat Tubuh dan Koreografi selengkapnya?

Download E-Book Disrupsi Tubuh: Distorsi Ruang