Tak terasa konser reguler Jakarta City Philharmonic (JCP) sudah sampai di bagian penutup. “Konser Jakarta City Philharmonic bulan November ini merupakan konser terakhir pada tahun 2018. Total ada delapan kali konser setiap bulannya di mulai pada April lalu,” ujar Anto Hoed, Komisaris JCP dan ketua Komite Musik Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).
Konser reguler Jakarta City Philharmonic didukung penuh oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan DKJ, yang bertujuan untuk melengkapi agenda kota Jakarta sebagai kota metropolitan. Konser reguler JCP ini pertama kali diadakan pada 2016 sebanyak dua kali konser, lalu berlanjut pada 2017 sebanyak delapan kali konser, dan 2018 juga sebanyak delapan kali konser.
Konser JCP edisi #18 ini mengusung tema “Nyanyian Cinta Negeri” dengan membawakan karya-karya aransemen orkestra hasil panggilan terbuka. Mereka adalah karya dari Achi Hardjakusumah, Asti Fajriani, Attar Nasution dan Rahel Pradika Purba, Didi Ardiansyah, Hugo Agoesto Susanto, Irsa Destiwi, Iwan Paul, Muhammad Aji Priandaka, Nicolaus Edwin Fitrianto, dan Vania Devina Siregar. Juga menampilkan solis hasil audisi penyanyi, yaitu Anastasia Veronika, Desmonda Cathabel Christie, Dessy Ananta Permatasari, dan Michelle Oswari.
“Saya senang dan bersyukur sekali karya saya bisa terpilih dan dibawakan di konser ini, karena JCP adalah salah satu orkestra terbaik di Jakarta yang dikelola secara profesional. Harapan saya JCP bisa tetap hadir dengan program musik orkestra yang bervariasi, serta tetap bisa selalu menghadirkan tontonan yang terjangkau oleh banyak kalangan,” ujar Iwan Paul, arranger musik yang karyanya terpilih untuk dibawakan dalam konser penutup tahun JCP.
Nyanyian Cinta Negeri diselenggarakan pada Jumat, 9 November 2018 pukul 19:30 WIB di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Konser ini diaba oleh Budi Utomo Prabowo dan Fafan Isfandiar secara bergantian.
“Harapan kami semoga tahun depan Jakarta City Philharmonic bisa menggelar kembali konser reguler setiap bulannya. Hal ini tentu butuh dukungan dari pemerintah, pencinta musik klasik, dan masyarakat luas,” ujar Anto Hoed.