Komite Tari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun ini menginisiasi program Jakarta Dance Film bertema Frame sebagai Panggung. Program ini hadir untuk mewadahi koreografer-koreografer Indonesia yang saat ini menggunakan video sebagai media ekspresi dan ungkap, bukan hanya sebagai bahan dokumentasi saja.
Dalam edisi perdana ini, Jakarta Dance Film menghadirkan 14 karya. Selain pemutaran film, program ini dilengkapi dengan diskusi mengenai bagaimana cara membuat film tari. Narasumber pada diskusi tersebut adalah dua koreografer Indonesia, Alfiyanto dan Jecko Siompo. Serta dimoderatori oleh Agni Ariatama, Komite Film DKJ.
Jakarta Dance Film: Frame sebagai Panggung diadakan pada:
Selasa, 28 Februari 2017
di kineforum, Taman Ismail Marzuki
Pukul 14.30 dan 19.00 WIB – Pemutara film
Pukul 16.00 WIB – Diskusi
Rangkaian acara ini gratis dan terbuka untuk umum. Kapasitas hanya 45 kursi. Registrasi dibuka satu jam sebelum pemutaran. Untuk diskusi bisa registrasi online terlebih dahulu dengan mengisi formulir di link berikut: http://bit.ly/diskusijakartadancefilm
Daftar film yang diputar:
- Under Presure (Alfiyanto, durasi 9.00)
- The Cycle We’re In (Andara Firman Moeis, durasi 5.1)
- Can’t Touch Your Heart (Dedi Nur Paksi, durasi 8.44)
- Ada Malam, Ada Kabut, Ada Kita (Efi Sri Handayani, durasi 3.28)
- Fokus, Gak Fokus (Irfan Setiawan, durasi 12.09)
- I See Fire (Gianti Giadi dan Ahmad Kamil, durasi 3.44)
- Untitle (Helda Yosiana dan Diliani, durasi 5.25)
- Svasti (Icubelle Panjaitan dan Umar Setiady, durasi 5.04)
- iCulture (Jecko Siompo, durasi 1.3)
- Kinan (Kinanti Sekar Rahina, durasi 6.3)
- Another I (Kresna Kurnia Wijaya, durasi 5.29)
- Kode-X (Ragil, durasi 1.08)
- Cinta yang Monyet (Rizki Suharlin Putri, durasi 2.35)
- Kunjungan Spesial (Zen Al-Ansory, durasi 20.31)
Leave A Comment