Dewan Kesenian Jakarta | Jakarta Arts Council

Ngobrol Teater Enter: Laboratorium Kampus & Postdramatic

Loading Events

Program Ngobrol Teater Enter ini merupakan sisi budaya informal pengembangan maupun penyebaran pengetahuan di dunia teater yang dilakukan melalui pertemuan maupun aksi penyebaran informasi dalam bentuk file digital. Program yang dibuat terbuka untuk bisa cepat merespon berbagai kemungkinan yang berlangsung dalam lingkungan teater.

Dalam edisi kali ini, Ngobrol Teater Enter mengambil tema Laboratorium Kampus & Postdramatic, dengan menghadirkan:

  • Ari J. Adipurwawidjana (Dosen Universitas Padjadjaran Bandung) sebagai pembicara,
  • Autar Abdillah (Pengamat Teater dan Dosen Universitas Negeri Surabaya) sebagai pembanding,
  • Arkan La Sida (UI Jakarta) sebagai moderator

Program ini diadakan pada:
Sabtu, 17 September 2016
Pukul 15.00 WIB
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki

Program ini terbuka untuk umum, tidak dipungut biaya.

Setelah diskusi Ngobrol Teater Enter, diadakan pertunjukan teater postdramatic oleh ETA: Inquiries in Theater and Performance (teater kampus UNPAD) membawakan karya berjudul Over THE WASTE LAND now.

Pertunjukan dimulai pukul 19.30 WIB dengan donasi Rp50.000,-

[accordian divider_line=”” class=”” id=””]
[toggle title=”Profil Pengisi Acara” open=”no”]

Ari J. Adipurwawidjana
Ia mengkaji dan mengajar teori kritik dan kesusastraan, terutama yang berbahasa Inggris, di Universitas Padjadjaran. Minat dan kepentingan akademiknya berfokus pada dampak ekonomi global dan perkembangan teknologi tekstual pada kehidupan dalam kerangka wacana poskolonial dan materialisme kultural, yang mencakup isu-isu kelas, gender dan seksualitas, serta ras dan etnisitas. Sebelum tahun 2014, keterlibatannya dalam dunia teater bersifat tangensial dan sporadis, tetapi dalam menjalankan kajian poskolonial dan materialis kultural terhadap teks, ia merasakan urgensi untuk menjadikan teater sebagai wahana alternatif melakukan eksplorasi terhadap isu-isu yang relevan.

Autar Abdillah
Ia adalah seorang pengamat teater yang bermukim di Surabaya. Terhitung 30 Agustus 2016, studi S3-nya sudah selesai. Lahir di Pekanbaru, Riau 6 November. Migrasi ke kota Yogyakarta untuk studi Teater di prodi Dramaturgi, jurusan Teater Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Setelah selesai studi mengunjungi beberapa kelompok teater dan bahkan tinggal bersama, salah satunya Teater SAE Jakarta. Menjadi pengajar di jurusan SENDRATASIK (Seni Drama Tari dan Musik) Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. Studi S2 dan S3 di Universitas Airlangga Surabaya. Ia sudah menerbitkan dua buah buku berjudul Independensi Seni dalam Konstelasi Kebudayaan (kumpulan artikel, 2002) dan Dramaturgi (buku ajar, 2008): UNESA Press. Sekarang ia sedang menyelesaikan beberapa buku: Dardanella (Dewan Kesenian Sidoarjo), Gerakan Teater Jawa Timur (Dewan Kesenian Jawa Timur), Grotowski dan Tubuh Kita (masih proses mencari penerbit), Dramaturgi II (buku Ajar, UNESA Press). Ia mengajar studi-studi Teater non Realistik atau Teater Fisik, teater Tubuh, Teater Esensi, dan sejenisnya dalam mata kuliah Seni Peran, Penyutradaraan, Dramaturgi II (lanjutan), Kritik Drama, Sosiologi dan Antropologi Teater sejak 15 tahun terakhir.

Arkan La Sida
Lahir di Jakarta, 21 April. Menempuh pendidikan S1 Sastra Cina di Universitas Indonesia. Kini bekerja sebagai penerjemah lepas waktu dan melakukan penelitian sendiri dalam bidang sastra dan media.

ETA: INQUIRIES IN THEATER AND PERFORMANCE.
Dalam bahasa Sunda “eta” berarti “itu,” yang dalam hal kepentingan kami merujuk kepada kenyataan mentah yang berada di luar dan tidak selalu dapat dijangkau bahasa, seperti “tat” dalam bahasa Sanskreta atau “id” dalam bahasa Latin. Eta itu pengalaman manusia yang dapat selintas terlihat di celah bahasa, yang mungkin disebut Kristeva sebagai chora.

ETA, sebagai wahana menelaah dan bereksperimen dengan teater di lingkungan akademis untuk kepentingan pemikiran kritis, berusaha melakukan teoretisasi atas tubuh dan fisikalitas serta menubuhkan dan membumikan wacana akademik-teoretis. Dalam hal ini, teater menjadi krusial dalam menelisik isu-isu gender, seksualitas, ras, kelas, poskolonialitas yang menjadikan tubuh sebagai salah satu pemarkah utama.

ETA secara langsung merupakan luaran dari kegiatan pendidikan dan penelitian dosen dan mahasiswa Program Studi Sastra Inggris, Fakultass Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, terutamayang berkonsentrasi di bidang kajian sastra. Teater menjadi wahana alternatif bagi eksplorasi gagasan yang selama ini melulu disajikan dalam bentuk tulisan akademik. Namun dalam penggarapannya, ETA melibatkan berbagai pihak dari dalam dan luar kampus.

 

[/toggle]
[/accordian]

[accordian divider_line=”” class=”” id=””]
[toggle title=”Tentang Pertunjukan Over THE WASTE LAND now ” open=”no”]

Dalam upaya melakukan teorisasi atas tubuh dan fisikalitas serta usaha menubuhkan dan membumikan wacana akademik, dengan segala kerendahan hati dihaturkan over THE WASTE LAND now agar dapat melihat betapa jaringan tubuh kita terjalin ke dalam jaringan elektromagnetik digital, betapa kita melawan gravitasi bumi dan menjauhkan diri dari masa lalu historis dan arkeologis.

Sudah sembilan puluh empat tahun sejak T. S. Eliot menerbitkan karya monumentalnya The Waste Land (1922). Sajak ini menyajikan keresahan tentang capaian peradaban manusia; dan, sebagai wakil High Modernism, ia meragukan kemampuan bahasa mengekspresikan dan merepresentasi pengalaman manusia. Di situ Eliot menyampaikan visinya tentang tanah gersang sebagai akibat dari peradaban manusia yang memuncak pada perebutan tanah antara pihak-pihak yang kuasa. Perang itu telah memutus jalur pasokan gula dari Jawa ke Eropa. Karena itu kah penduduk Jawa mulai mengonsumsi gula dan MSG secara berlebihan? Apa lagi yang terjadi di sini karena peristiwa di sana? Bagaimana pun juga, siapapun di tanah mana pun diikat oleh gaya gravitasi yang sama, yang mau tidak mau membuat semuanya berpijak pada bumi. Namun, kita masing-masing hanya dapat melihat sebatas kemampuan pandangan mata. “Anak Manusia, kau tidak bisa berkata, atau menerka, karena kau hanya dapat melihat seonggok pecahan citra.” Karena itu, mungkin, kita membangun peradaban di atas puing-puing masa lalu, menimbun sejarah dan prasejarah dengan teknologi, melawan gravitasi, menjauh dari bumi. Karena itu, mungkin, kini kita semua melempar suara ke atmosfer memadukan jaringan sel yang menganyam tubuh kita ke jaringan elektromagnetik dan jaringan sosiopolitik. Berapa sesungguhnya nilai tanah yang membelenggu kaki kita, membebani kita dengan gravitasi dan menarik kita ke sejarah? Dapatkah nilai tanah dihitung bukan saja dengan Adam Smith dan Thomas Malthus melainkan juga dengan Isaac Newton? Adakah harga khusus yang harus dibayar perempuan? Adakah juru selamat yang akan membebaskan kita dari penjara ini? Apa yang telah kita bangun

over
THE WASTE LAND

now

?

Dalam panggung ini tubuh, bayangan, dan proyeksi akan berinteraksi. Massa, cahaya, dan bunyi akan berbincang. Performance akan merembas keluar dari panggung.

[/toggle]
[/accordian]

Leave A Comment

Go to Top