Pandemi membuat pelaku teater untuk lebih menimbang banyak hal dan kemungkinan mempersiapkan, menentukan konsep dan mempresentasikannya secara berbeda dari sebelumnya.Beragam kemungkinan kiranya perlu diuji coba sebentuk usaha untuk bertahan, sambil terus membaca perubahan dan menjawab pertanyaan eksistensial.

Lahirnya banyak organisasi teater, tontonan teater lewat aplikasi online, lomba monolog dan pembacaan puisi, diskusi daring, dan kesempatan kerjasama seni secara daring, merupakan beberapa usaha menjaga ruang eksistensi dan aktualisasi. Tantangan berikutnya, bagaimana pelaku teater dan karyanya tidak sekedar merespon keadaan untuk bertahan? Sejauh mana daya adaptasi pelaku teater, karya dan penontonnya dapat mengatasi situasi dan kondisi tak menentu ini di masa mendatang?

Sebagaimana juga upaya Festival Teater Jakarta ke-48 yang tidak dapat terselenggara tahun lalu, maka tahun ini, penyelenggaraan Festival Teater Jakarta bertolak dari semangat adaptasi, demi mengatasi keadaan yang tidak menentu dan ruang gerak yang terbatas dalam proses penciptaan karya kolektif.