Pameran Seniman Indonesia III telah resmi dibuka pada Selasa, 2 Desember 2014 lalu bertempat di Graha Cipta II Taman Ismail Marzuki. Kali ini Dewan Kesenian Jakarta memberikan kesempatan kepada Francis Surjaseputra yang mendapat julukan hacker dalam dunia desain. Francis yang kini juga menjabat sebagai Presiden HDII (Himpunan Desain Interior Indonesia) untuk masa jabatan 2013 -2015, dan juga ketua APSDA (Asia Pacific Space Designers Alliance) 2012-2014 menggelar pameran dengan tema Hibrida yang mungkin terasa kurang lazim bagi sebagian orang.

Pada karya-karya yang dipamerkan, Francis tidak sepenuhnya memperlihatkan karya desain per se dan kita dibawa untuk melihat berbaurnya antara penalaran desain, penanganan craftsmanship dan ekspresi personal yang bersinggungan dengan dunia seni.

Begitu memasuki Graha Cipta II mata kita akan langsung tertuju ke sebuah kursi yang merupakan hasil kolaborasi Francis dengan Indovickers. Karya yang diberi judul JaVa ini merupakan sebuah kursi untuk kerja yang telah dimodifikasi dengan menggunakan bahan rotan sebagai penopang punggung. Rotan yang memiliki ventilasi kecil akan memberikan udara ke punggung kita sehingga posisi duduk akan terasa nyaman, namun tetap membuat kursi kerja ini terlihat menarik.

Berikutnya yang tidak kalah atraktif adalah sebuah dipan yang diberi nama Lesehan+Kloso. Karya ini mengingatkan kita akan sebuah tikar yang biasa kita gunakan untuk duduk dibawah, kali ini kloso hadir dengan desain yang ‘naik kelas’, dan terlihat gaya serta memiliki tingkat kenyamanan jauh diatas tikar pada umumnya.

Francis juga menciptakan Rocking Bed yang merupakan sebuah proyek kolaborasi bersama Irawan Karseno dan Byo Living. Proyek yang dibuat pada tahun 2012 ini menciptakan sebuah tempat tidur yang menyenangkan untuk dinikmati bersama orang yang kita sayangi. Karya berikutnya adalah yang diberi nama Shell dan memang menyerupai rumah kerang pada umumnya. Karya ini tercipta sebagai sebuah instalasi kamar tidur yang sudah berubah menjadi sebuah furniture karena keterbatasan ruang.

Selain beberapa furniture, Francis juga membawa sebuah karya yang diberi nama Suru. Suru sendiri adalah nama untuk alat makan yang memiliki bentuk menyerupai sendok dan biasanya terbuat dari daun pisang yang dilipat sedemikian rupa. Suru yang diciptakan oleh Francis jelas telah mengalami perubahan dari segi material, namun dari sisi bentuk nampaknya masih sangat kental dengan bentuk aslinya.

Meninjau pameran Francis ini kita disajikan keluasan kemungkinan dari senirupa kontemporer. Bagaimanapun hal ini bisa terjadi karena Francis tidak memposisikan dirinya dalam design constraint, tapi meluaskan kemungkinan dari desain sebagai ‘art’. Pameran ini sendiri masih berlangsung hingga tanggal 15 Desember 2014 dan terbuka untuk umum.