Kegiatan pengarsipan dan pendokumentasian, sesungguhnya upaya untuk melawan lupa. Ia menjadi penawar atas ingatan manusia yang kapasitasnya sangat terbatas. Namun yang disayangkan, kegiatan pengarsipan belum mendapat tempat yang layak di tanah air. Kabar soal banyaknya arsip vital negara maupun bukti catatan sejarah yang hilang, sulitnya menemukan bahan untuk arsip untuk penelitian termasuk banyaknya institusi, lembaga, instansi yang tidak memiliki records centre bisa menjadi bukti, betapa sikap sadar arsip di negeri ini masih rendah.

Dalam konteks kesenian dan kebudayaan, soal pengelolaan arsip juga masih menjadi kendala. Pada sebuah seminar riset internasional yang baru-baru ini digelar di Institut Teknologi Bandung terungkap bahwa universitas, museum, dan perpustakaan di Indonesia masih lemah dalam mengarsipkan karya seni dan budaya, baik tradisional maupun kontemporer. Padahal, pengarsipan warisan karya seni dan budaya Indonesia yang baik justru sudah dilakukan negara-negara asing.

Wajar jika kemudian ada kekhawatiran banyak warisan seni dan budaya Indonesia akan hilang sehingga menyebabkan adanya jurang kebudayaan antargenerasi di Indonesia. Kalau sudah begitu, bisa jadi penciptaan karya seni dan budaya di Indonesia yang baru akan berjalan sendiri. Tidak berpijak dari seni dan budaya tradisional hanya karena tidak mengetahuinya. Inilah muara dari hilangnya identitas suatu bangsa.

Pameran Arsip Online IVAA

Sadar pengelolaan arsip – utamanya seni visual dan budaya kontemporer – yang baik adalah pekerjaan penting, sekelompok pemuda di Yogyakarta mendirikan Indonesian Visual Art Archive (IVAA). Sebuah lembaga nirlaba yang bidang perhatiannya pada soal pendokumentasian, riset dan perpustakaan seni visual.

Koleksi dokumentasi IVAA meliputi rekaman proses berkarya seniman dan peristiwa seni visual dalam format foto dan audio-video, serta hibah berupa materi referensi dalam berbagai format mulai dari buku-buku referensi seni visual dan budaya, katalog pameran dari dalam dan luar negeri, portofolio perupa hingga karya audio visual / video art.

Untuk lebih memperluas manfaat bagi publik, IVAA memamerkan koleksi arsip mereka dengan meluncurkan progam iCLICK@IVAA; arsip online seni visual yang didesain dalam bentuk pameran arsip. Bertempat di Galeri Nasional, ini merupakan pameran arsip online pertama di Indonesia. Sejauh ini, IVAA telah memiliki database hingga 13000 koleksi khusus seni rupa dalam buku, jurnal, catalog, foto, slide, video, makalah, dokumen promosi acara hingga kliping media massa yang terkumpul selama 12 tahun dengan data tertua berupa makalah-makalah seni rupa pada awal masa 1960-an. Tidak semua bahan dikumpulkan sendiri oleh IVAA melainkan bekerjasama dengan pihak-pihak lain termasuk Dewan Kesenian Jakarta yang ikut menyumbangkan beberapa koleksi arsipnya.

Untuk bisa mengakses koleksi-koleksi itu tak perlu jauh-jauh ke Yogya, melainkan cukup mengunjungi situs IVAA dengan mengklik www.ivaa.ivaa-online.org (Dimas Fuady / Foto : Eva Tobing)