Perjalanan panjang dan melelahkan berakhirlah sudah. 294 novel yang masuk pada Sayembara Novel DKJ 2006 mencuatkan nama-nama pengarang yang ternyata datang dari kalangan tua-muda. Siapakah mereka? Inilah malam yang ditunggu-tunggu, Malam Penghargaan Sayembara Novel DKJ 2006, yang dilaksanakan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jumat, 9 Maret 2007.

Sayembara Novel DKJ kali ini memang istimewa, karena seluruh pemenang adalah kaum Adam. Rupanya fenomena penulis novel yang biasanya didominasi perempuan telah bergeser. Pemenang pertama jatuh pada Mashuri, diikuti Tusiran Suseno di tempat kedua dan Calvin Michel Sidjaja pada posisi ketiga. Juara Harapan Satu diraih Junaedi Setiyono dan Yonatan S.Rahardjo sebagai pemenang Juara Harapan Kedua.

Keragaman tema mewarnai karya segar mereka. Mashuri, dengan novel “Hubbu” menguraikan benang kusut bagaimana kalau cinta yang terkait dengan birahi dapat menjadi bumerang apabila tidak dikelola dengan baik. Sebuah romantika cinta dengan latar pesantren. ”Karya yang utuh,” begitu jawab Ahmad Tohari, salah satu anggota juri yang juga pernah menang pada Sayembara Novel DKJ beberapa tahun yang lalu. ”Mutiara Karam” gubahan Tusiran Suseno, bercerita tentang bajak laut di kepulauan Lingga, Riau. Sementara Calvin Michel Sidjaja, peserta termuda, kelahiran 3 Maret 1986, menggurat tema surealis yang berjudul ”Jukstaposisi”. Ia sempat berkomentar mengenai karya sihirnya ini bahwa ia merasa tidak berbakat menulis novel romantis. ”Saya juga suka hal-hal yang berbau surealis seperti film-film yang bertemakan sihir. Lalu muncul ide awal cerita ini, bagaimana kalau dunia sebenarnya adalah mimpi Tuhan,” ujar Calvin yang melengkapi ceritanya dengan tutur bahasa roh hasil rekaannya.

Novel ”Glonggong” karya Junaedi Setiyono, mengulik sisi lain perang Diponegoro, sementara Yonatan S.Rahardjo dengan cipta imajinasi “Lanang”, menguak teknologi transgenik dan rekayasa genetika.

Selain tema yang amat beragam, Ahmad Tohari juga menuturkan bahwa pada sayembara novel tahun ini terlihat adanya perluasan cakrawala. ”Banyak peserta yang berasal dari daerah dan ada beberapa cerita yang kelihatannya ditulis oleh anak-anak pesantren. Ini berarti ada pergeseran intensitas sastra ke daerah.”

Sayembara Novel DKJ 2006 ini memang mendapat kejutan yang menggembirakan. Dibanding dengan penyelenggaraan tahun 2003 lalu yang hanya mencapai sekitar 100 naskah, kali ini sebanyak 249 naskah telah diterima panitia dari berbagai penjuru Indonesia. Setelah kurang lebih tiga bulan lamanya mengalami periode ”mabuk naskah”, melakukan pembacaan ulang dengan cermat, dewan juri yang terdiri dari Apsanti Djokosujatno, Ahmad Tohari dan Bambang Sugiharto, memberi penilaian dengan angka menyangkut aspek narasi, tema, dan bahasa. Kelima pemenang selain mewakili kriteria yang telah disepakati bersama, juga memperlihatkan variasi bentuk dan tema, serta mewakili berbagai daerah di Indonesia.

Suasana Teater Kecil cukup semarak. Diantara hadirin dan pendukung yang memenuhi arena, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef dan mantan wartawan senior Rosihan Anwar bersemangat hadir dalam acara ini. Mashuri, sebagai pemenang pertama mendapat jabat hangat dari mantan menteri ini pada saat penyerahan penghargaan. Selamat dan teruslah berkarya, kawan! (Ananda Adityasanti & Vashti Trisawati Abhidana/dkj)