Budi Darma (1934-2021)

Sastrawan Budi Darma meninggal di Surabaya, Sabtu (21/8) pukul 6 pagi tadi, setelah sejak beberapa waktu lalu tersiar kabar sakitnya.

Tapi dia pasti tak akan pernah benar-benar pergi. Cerita-ceritanya, tokoh-tokohnya, gagasan dan pemikirannya, telah lama ia semai, tumbuh, berakar, rimbun, dan menyebar luas, di ranah kesusastraan Indonesia.

Budi Darma, lahir 25 April 1937 di Rembang, dikenal sebagai sastrawan serba bisa. Keserbabisaannya tampak dari luasnya jenis karya yang ia hasilkan.

Ia menulis cerpen, novel, esai, dan puisi. Ia juga akademisi, dan kritikus yang tajam. Karyanya tersiar luas di berbagai media. Beliau tak berhenti menulis, hingga tahun ini beliau masih menyiarkan cerpen.

Beberapa karyanya diterjemahkan ke bahasa asing. Beliau dicatat sebagai pelopor cerita dengan teknik kolase, seperti dalam karyanya Orang-orang Bloomington dan Olenka.

Budi Darma menempuh pendidikan di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Sastra UGM lalu mengajar di Universitas Negeri Surabaya. Gelar doktor ia peroleh pada tahun 1980.

Pada 1967, selama setahun penuh, Budi Darma mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Amerika Serikat. Pada 1970-1971, dia memperoleh bea siswa dari East West Centre di Universtas Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat.

Ia pernah menjalani program visiting associate research di Universitas Indiana.

Sastrawan Kurnia Effendi termasuk salah seorang yang merasa amat kehilangan sosok guru dan sastrawan besar yang rendah hati.

“Sering bertemu Pak Budi Darma di berbagai tempat. Santun dan hangat. Kepada yang muda tetap hormat. Dahulu, setiap bertugas ke Surabaya selalu mampir ke rumah beliau. Semoga tempat indah menjadi alamat abadi beliau, cerpenis dan guru yang rendah hati,” kata Kurnia Effendi dalam perbincangan di grup Whatsapp Penyair Berkata.

Dari sastrawan yang lebih muda Yopi Setia Umbara pun terekspresikan rasa kehilangan yang dalam.

“Pertama kali membaca karya Budi Darma adalah Fofo & Senggring. Sejak itu tiap mendengar nama Pak Budi teringat pula pada polah Fofo & Senggring. Pagi ini Pak Budi mangkat. Mau sedih tapi pasti dimarahin kalau ia tahu. Ok, Pak. Saya bakal kuat. Selamat jalan, Pak,” ujar Yopi akun Twitter-nya.

Oleh Hasan Aspahani