Komite Film Dewan Kesenian Jakarta menginisiasi program Penerbitan Seri Wacana Sinema 2019, yang mencakup berbagai tema yang relevan bagi perfilman Indonesia. Tujuan penerbitan ini adalah menyediakan rujukan teoritik hingga praktikal seputar perfilman di Indonesia maupun di dunia.

Berikut adalah daftar judul buku yang masuk dalam seri pertama ini:

  1. Mencari Film Madani: Sinema dan Dunia Islam
  2. Tilas Kritik: Kumpulan Tulisan Rumah Film 2007-2012
  3. Direktori Festival Film Dunia dan Indonesia
  4. Menonton Penonton: Khalayak Film Bioskop di Tiga Kota (Jakarta, Bandung, Surabaya)
  5. Antarkota, Antarlayar: Potret Komunitas Film di Indonesia
  6. Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru

Seri Wacana Sinema Komite Film DKJ ini diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta.

1. Mencari Film Madani: Sinema dan Dunia Islam

Buku ini merupakan kumpulan tulisan dalam rentang waktu sekitar 10 tahun (2008-2018), berbicara setidaknya lima hal: pertama, ulasan seputar film yang merepresentasikan masalah umat Islam secara khusus. Kedua, film tentang dinamika dunia Islam secara global. Ketiga, “Film Islami” populer. Keempat, film tentang sejarah dan sejarah film, termasuk biopic. Terakhir, “Film Islami” sebagai kritik sosial.

Inilah kumpulan tulisan Ekky Imanjaya dengan tema khusus tentang seluk-beluk “film Islam” dan berbagai derivasi istilahnya (“film dakwah”, “film Islami”, dan sebagainya). Ekky Imanjaya sejak awal 2000-an berkarir sebagai wartawan dan kritikus film, lalu menekuni studi film hingga meraih gelar master di Amsterdam, Belanda, dan doktoral di Bristol, Inggris. Kumpulan ini menjadi unik sekaligus penting dalam konteks tumbuhnya genre film religius di dalam perfilman kita dari masa ke masa. Genre tersebut tumbuh berkelindan dengan kepelikan politik identitas dan komodifikasi religiusitas dalam budaya populer di Indonesia. Sementara, masih jarang yang membahas soal ini dari “dalam”. Ekky Imanjaya menawarkan perspektif yang kadang sangat personal, berpijak dari pengalamannya aktif di dunia dakwah semasa mudanya.

Tim Buku

  • Penulis : Ekky Imanjaya
  • Penyunting : Ifan Ardiansyah Ismail
  • Penyelaras Bahasa : Christy Ratna Gayatri
  • Perancang Buku : Ardi Yunanto, Andang Kelana

LINK E-BOOK : Mencari Film Madani: Sinema dan Dunia Islam 

2. Tilas Kritik: Kumpulan Tulisan Rumah Film 2007-2012

Buku Tilas Kritik, Kumpulan Tulisan Rumah Film (2007-2012) adalah sebuah upaya menanggapi kebutuhan akan kritik dan jurnalisme film yang progresif di Indonesia. Sebagai buku, ia berfungsi sebagai dokumentasi kultural baik tentang film Indonesia dan dunia pada periode itu maupun, terutama, tentang kritik dan jurnalisme film mutakhir. Tanpa dana, atau tepatnya secara swadana, para redaktur di situs Rumahfilm.org menjelajah khasanah film dunia, festival-festival lokal maupun internasional, maupun menjelajahi bentuk-bentuk serta berbagai pendekatan yang mungkin dalam mengapresiasi film. Situs tersebut telah almarhum, walau saat masih tayang cukup sering jadi rujukan para penyuka, peneliti, atau pembuat film di Indonesia. Menulis tentang film sebagai sebuah kegiatan kultural berbuah kumpulan tulisan yang masih bisa jadi bahan berdialektika tentang film saat ini.  

Tim Buku

  • Penulis : Asmayani Kusrini, Ekky Imanjaya, Eric Sasono, Hikmat Darmawan, Ifan Adriansyah Ismail, Krisnadi Yuliawan
  • Kontributor : Bobby Batara, Donny Anggoro, Hassan Abdul Muthalib, Intan Paramaditha, Veronika Kusumaryati, Ade Irwansyah, Grace Samboh, Homer Harianja, Windu Jusuf
  • Penyunting : Ekky Imanjaya, Hikmat Darmawan
  • Penyelaras Bahasa : Ignatius Haryanto
  • Perancang Buku : Ardi Yunanto, Andang Kelana, Zulfikar Arief
  • Pengantar : Cholil Mahmud

LINK E-BOOK : Tilas Kritik: Kumpulan Tulisan Rumah Film 2007-2012

3. Direktori Festival Film Dunia dan Indonesia

Unduh

Sekitar 3000 festival film tersebar di seluruh dunia.  Mulai dari yang lokal hingga internasional, entah yang masih aktif atau terpaksa berhenti karena dana. Namun, mereka memiliki semangat yang sama: menjadi muara perkembangan bahkan produksi estetika, wacana, serta kritik. Menawarkan pula pengalaman, membuka kesempatan, melahirkan bakat baru, hingga menunjang perekonomian. Sayangnya, festival film luput diarsipkan secara sistematis dan diperbincangkan dari nilai maupun peranan pentingnya. Oleh karena itu, Direktori Festival Film Dunia dan Indonesia Edisi Revisi 2019 berusaha untuk merekam festival-festival film yang berpengaruh dalam perjalanan sejarah film. Semoga buku ini menjadi panduan bersama bagi para pengampu perfilman kita: pemerintah, pembuat film, maupun para penonton dan pelajar film agar semua memiliki pijakan dalam membangun infrastruktur dan tolak ukur kemajuan film Indonesia.

Buku ini juga dibuat untuk membantu membangun infrastruktur perfilman nasional yang lebih kuat, serta menjawab kebutuhan praktis panduan festival film mana yang layak dan patut dikejar. Karena, sekian lama pemerintah luput menyusun panduan semacam ini, sedangkan sebagai penyandang dana, mereka seringkali tidak punya pegangan.

Demikian pula pada kalangan pembuat film, banyak yang buta arah dan tujuan saat mengupayakan film-film mereka bisa “eksis” di kancah nasional maupun internasional. Alhasil, banyak dari mereka yang tidak terpikir untuk berkiprah di arena internasional. Kebutaan ini  bisa berpengaruh pula pada moda penciptaan para pembuat film kita – kreativitas mereka tidak diasah oleh kompetisi yang layak.

Tim Buku

  • Penyusun : Komite Film Dewan Kesenian Jakarta & COFFIE (Coordination for Film Festival in Indonesia)
  • Penulis : Nauval Yazid
  • Peneliti : Damar Ardi, Varadila, Netta Anggraeni
  • Penyunting : Rafika Lifi
  • Penyelaras Bahasa : Nina Samidi
  • Perancang Buku : Ardi Yunanto, Andang Kelana

LINK E-BOOK : Direktori Festival Film Dunia dan Indonesia

4. Menonton Penonton: Khalayak Film Bioskop di Tiga Kota (Jakarta, Bandung, Surabaya)

Buku Menonton Penonton: Khalayak Film Bioskop di Tiga Kota adalah buku yang diadaptasi dari penelitian yang mengeksplorasi karakteristik (siapa) dan (bagaimana) perilaku penonton film bioskop yang berubah dengan cepat di era Internet pita lebar. Tak cuma mengisi kekosongan kajian penonton film, buku ini juga bisa jadi sumber berharga untuk peminat film, terutama para pembuat dan pemasar film. Buat para peneliti, buku ini juga menyediakan perangkat penelitian yang bisa dijadikan tapak buat penelitian berikutnya—yang sudah pasti diperlukan di masa depan yang bergerak demikian gesit dan amat kompleks.

Tim Buku

  • Penulis : Dyna Herlina S., Kurniawan Adi Saputra, Firly Annisa
  • Penyunting : Hilman Handoni
  • Penyelaras Bahasa : Ignatius Haryanto
  • Perancang Buku : Ardi Yunanto, Andang Kelana

LINK E-BOOK : Menonton Penonton: Khalayak Film Bioskop di Tiga Kota (Jakarta, Bandung, Surabaya)

5. Antarkota, Antarlayar: Potret Komunitas Film di Indonesia

Buku ini memuat potret komunitas film Indonesia secara lengkap dan menyeluruh. Hari ini makna komunitas film begitu luas dan lentur. Setiap orang seperti punya caranya sendiri dalam memaknainya. Dalam ranah kesenian yang lebih luas, orang lebih dulu mengenal komunitas sastra, komunitas seni rupa, hingga komunitas teater. Dibandingkan dengan film, seni-seni yang disebut belakangan adalah seni yang kurang populer, kurang terindustrialisasi, kurang padat modal, kurang padat karya, kurang alat-alat canggih, dan kurang dikontrol oleh negara. Sebagai label, komunitas film boleh jadi terbilang baru, setidaknya baru populer dalam bahasa percakapan di perfilman Indonesia pasca-Reformasi 1998. Namun, sebagai gagasan, praktik-praktik serupa atau purwarupa komunitas bisa kita temukan jauh sebelumnya, bahkan hingga awal masa kemerdekaan Indonesia. Skala kegiatannya belum seluas sekarang, mengingat pada masa itu teknologi perfilman terbatas di lingkungan lembaga negara dan industri perfilman.Sebutlah perkembangan ini sebagai fase baru bagi eksistensi komunitas film di Indonesia. Awalnya sebagai klangenan kesenian, lalu sebagai kelompok kegiatan masyarakat, kini ia berkembang sebagai wirausaha. Setidaknya di beberapa lingkar komunitas film, kini ada pertimbangan ekonomi dan legal-formal yang sebelumnya tidak terlalu dihiraukan. Apabila fenomena ini terus berlanjut dan meluas, bukan tidak mungkin komunitas film lantas terserap menjadi bagian dari praktik-praktik formal ekosistem perfilman. Setelahnya, bisa jadi kita mendapati model kegiatan alternatif yang berbeda lagi, “komunitas film” dalam bentuk baru.

Tim Buku

  • Penulis : Levriana Yustriani, Adrian Jonathan Pasaribu, Deden Ramadani
  • Peneliti : Levriana Yustriani, Adrian Jonathan Pasaribu, Deden Ramadani
  • Penyunting : Ninus Andarnuswari
  • Penyelaras Bahasa : Ninus Andarnuswari
  • Perancang Buku : Ardi Yunanto, Andang Kelana

Link bitly pendaftaran buku : Antarkota, Antarlayar: Potret Komunitas Film di Indonesia.

Link E-Book buku : Antarkota, Antarlayar: Potret Komunitas Film di Indonesia

6. Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru

Buku Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru karya Katinka van Heeren bisa mengisi ceruk kebutuhan kajian akademis tentang lintas perkembangan sinema di Indonesia. Sebagai buku, ia berfungsi sebagai tinjauan sosio-historis tentang bagaimana Reformasi membuka peluang baru bagi perkembangan film Indonesia, serta bagaimana nilai serta perspektif rezim terdahulu tetap terlanggengkan pada era baru ini. Berangkat dari perspektif lintas disiplin, disertasi Katinka mendedah berbagai isu dan praktik perfilman, mulai dari dikotomi film arus utama dan alternatif, penyelenggaraan festival film, pembajakan film, sejarah, siaran televisi, film Islam, hingga praktik sensor film oleh negara maupun sipil.

Tim Buku

  • Penulis : Quirine van Heeren
  • Penyunting : Adrian Jonathan Pasaribu
  • Penyelaras Bahasa : Budi Irawanto
  • Penerjemah : Yoga Lordason
  • Perancang Buku : Ardi Yunanto, Andang Kelana

Link bitly pendaftaran buku : Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru.

Link E-Book buku : Jiwa Reformasi dan Hantu Masa Lalu: Sinema Indonesia Pasca Orde Baru.