Indonesia pada 2016 tampaknya mengalami situasi persimpangan kebudayaan kembali. Tawaran-tawaran aneka kelompok dalam masyarakat mengenai bagaimana seharusnya “Menjadi Indonesia” pada abad ke-21 ini mengemuka. Ada yang menawarkan visi berwatak liberal, ada yang menawarkan visi agamis, visi sosialistik, visi pragmatik, bahkan ada juga yang militeristik dan/atau berwatak fasis. Kadang, tawaran-tawaran itu dibarengi kekerasan-kekerasan bahasa, ruang, psikologis, hingga kekerasan fisik.

Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) coba merespon permasalahan aktual tersebut dengan menyelenggarakan program tradisi tahunan Pidato Kebudayaan dengan format yang baru dan lebih aktual. Setelah sukses tiga tahun kebelakang (2013-2015) disajikan dengan seni panggung yang mencakup seni video, infografik, dan musik serta penataan panggung untuk mengoptimalkan penyampaian buah pikiran sang cendekiawan, kali ini format dasar Pidato Kebudayaan –yang semula penyampaian pidato tunggal—menjadi penyampaian gagasan bersama dari dua orang cendekiawan yang kami pilih sebagai suara-suara jernih dan terkini. Kami menyebut bentuk tersebut sebagai “Forum Pidato Kebudayaan”.

Mengusung tema “Setelah Polemik Kebudayaan: Di Mana, Ke Mana Indonesia?” forum ini lebih diarahkan untuk memantik diskusi dan penggalian wacana lanjutan untuk melontarkan gagasan-gagasan tentang Indonesia dan visi tentang orientasi kebudayaan bagi bangsa kita. Sebagai pemantik yang dirasa mumpuni setelah melalui riset hampir satu bulan, DKJ memilih Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI saat ini dan Premana W. Premadi, seorang Astrofisikawan yang sekarang mengajar di Institut Teknologi Bandung.

Bapak Lukman Hakim Saifuddin menyampaikan gagasannya bertema Kedewasaan Beragama dan Masalah-masalah Kemanusiaan Masa Kini. Dalam pidatonya, beliau membicarakan hubungan agama dan budaya seperti sejoli yang saling melengkapi, yang ditulis secara tulus. “Manusia Indonesia yang ideal adalah sosok yang memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, sekaligus kecerdasan kultural,” ungkap Bapak Menteri Agama RI dalam pidato kebudayaannya.

Ibu Premana W. Premadi dalam kesempatannya ini, beliau menyampaikan gagasan bertema Mengguggah Welas Asih Lewat Pola Pikir Ilmiah. Kita diajak mendengarkan percakapan batin, menyelami pikiran, merasakan kegelisahan beliau. “Pembelajaran sains di sekolah mestinya menyertakan disiplin kerja sains, sebab inilah yang membangun pola pikir ilmiah yang memperkuat kemampuan dan kebiasaan rasional, sekaligus melengkapinya dengan pagar-pagar etika”, demikian secuil cuplikan pidato dari bu Nana, panggilan akrab beliau.

Diantara para penyaji pidato tersebut, Afrizal Malna (Ketua Komite Teater DKJ) hadir sebagai penjeda. Ia mengajak kita lebih dalam lagi memahami tema besar Forum Pidato Kebudayaan ini dengan cara yang lebih asyik. Ia memaparkan pertanyaan-pertanyaan menyangkut makna keberadaan dengan gagasan baru antara alam, bahasa, dan dunia digital kekinian.

Tradisi tahunan yang bertepatan dengan perayaan ulang tahun Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki diadakan pada Kamis, 10 November 2016 mulai pukul 19.30 WIB di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Program yang diharapkan dapat merangsang publik untuk terlibat dalam mencari jawaban dan solusi bagi masalah-masalah bangsa ini disuguhkan secara apik dengan pelengkap seni rupa performatif kolaborasi Hanafi dengan Lab Teater (Holifah Wira, Washadi, Busro Yusuf Busro, dan Noviyanti), dengan mengangkat kembali The Dead Class (1975) karya Tadeusz Kantor – karya yang dilihat sebagai post-dramatic awal dalam dunia teater. Instalasi dibuat menggunakan bangku-bangku SD Inpres era Orde Baru, yang dipinjam dari koleksi Bustomy Kaldera. Instalasi performatif tersebut dilengkapi dengan suara Sutan Takdir Alisjahbana dari pidato kebudayaan 47 tahun lalu, 1969 dan cuplikan suara-suara pidato pemimpin dunia lainnya.

Forum Pidato Kebudayaan ini juga akan dilengkapi dengan suguhan musik oleh kuartet yang terdiri dari Nikita Dompas (gitar), Indra Perkasa (contra bass), Adra Karim (Hammond/Organ) dan Elfa Zulham (drum) yang tergabung dalam TPE (Tomorrow People Ensemble). Mereka yang akan membawakan empat nomor berjudul Magic Mushroom, The Answer is Now, Eclectic, dan Ode To Fela.