Temu Musik adalah sebuah pertemuan, persahabatan, kolaborasi para kreator musik, musisi, komunitas, para pelaku music dan pecinta musik. Temu Musik mulai diselenggarakan oleh Pertemuan Musik sejak tahun 2017, diawali dengan Temu Musik Franko-Indonesia, yang bekerjasama dengan IFI dan melibatkan Ensemble Multilaterale (Prancis) serta komponis Indonesia. Pada tahun ini, Temu Musik mengambil tema Skena Nusantara, dan melibatkan tidak hanya komponis, namun juga kelompok musik melalui open call for music. Skena Nusantara diambil menjadi tema dengan tujuan untuk menggali kekayaan musik nusantara melalui karya musik yang menggunakan medium nusantara, sekaligus menggali potensi kreator musik yang membuat karya yang menggunakan elemen nusantara tersebut. Temu Musik Skena Nusantara 6.1 juga diselenggarakan dalam rangka memperingati 61 tahun Pertemuan Musik. Di luar dugaan, antusiasmenya cukup baik, sekitar 49 berkas masuk ke email Pertemuan Musik. Namun dewan kurator tetap harus memilih yang terbaik dari banyak karya yang menarik. Para kurator terdiri dari Diecky K. Indrapradja, Ubiet Raseuki, Marisa Sharon Hartanto, Aristofani Fahmi, dan Lawe Samagaha. Maka setelah melalui diskusi dan perdebatan yang cukup lama, juga mengatasi komunikasi atas perbedaan kota, para kurator akhirnya memutuskan sejumlah komponis dan kelompok musik yang terpilih.

Komponis dan Kelompok Musik terpilih adalah sebagai berikut:
Surabaya: Candra Bangun Setyawan (Jombang), Lawang (Pontianak) dan Wahyu Thoyib (Solo)
Jakarta: Daniel Milan (Meksiko), Hilmi Ridha Mahardika (Bandung), Lab Musik Jakarta (Jakarta), dan Nurendra Nasharudin (Jakarta)
Pekanbaru: Diafora (Sumatra Barat), Ferdian Wahyu Satria (Bukit Tinggi), Hario Efenur (Sumatra Barat), Jumaidil Firdaus (Solok, Sumatra Barat), Muhammad Fauzan (Pekanbaru) dan Weldy Syaputra (Pekanbaru)

Kegiatan Pertemuan Musik kali ini diadakan serentak di 3 kota yaitu Pekanbaru, Surabaya dan Jakarta dalam rangka memperingati 61 tahun Pertemuan Musik. Di Jakarta, konser akan diselenggarakan pada Kamis, 27 September 2018 pukul 19.00 WIB di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki dengan menghadirkan peserta terpilih Call for Music di Jakarta, yaitu Hilmi Ridha Mahardika (Bandung), Nurendra (Jakarta), dan Daniel Milan (Meksiko). Selain itu kami juga akan menampilkan penampil tamu, yaitu Jakarta Enam Senar (JES), Indonesian Contemporary Gamelan Ensemble, kolaborasi Adra Karim bersama Taufik Adam, dan hasil presentasi lokakarya tamasya suara nusantara bersama Ubiet Raseuki yang diselenggarakan pada Rabu, 26 September 2018 mulai jam 10.00 WIB di Auditorium Pascasarjana IKJ.

PROFIL PERTEMUAN MUSIK

Pertemuan Musik Surabaya lahir sejak tahun 1957 oleh aktivis musik Surabaya, yaitu Slamet Abdul Sjukur, The Lan Ing, dan Ruba’I K. Sungkana. Organisasi nirlaba ini sejak dahulu selalu rutin menyelenggarakan acara dan aktivitas musik, mulai konser, diskusi dan lokakarya di Surabaya dengan peserta hingga ratusan orang. Setelah sempat vakum, sekitar tahun 2006 Pertemuan Musik Surabaya kembali diadakan rutin hingga saat ini. Sebut saja Dirk-Amrein, pianis dan pemain trombone asal Jerman; Klara Wurtz, pianis asal Hungaria, Iswargia dan Glenn Bagus, duo pianis Indonesia, music gergaji, paduan suara, orchestra, hingga music Banyuwangi pernah menjadi bagian dari acara PMS. Selain itu, kami juga membuat agenda untuk menonton video film music atau konser yang kemudian dijadikan bahan diskusi. Sekitar tahun 2012, PMS kemudian merambah ke kota Jakarta, hingga melahirkan Pertemuan Musik Jakarta (PMJ), yang kemudian melakukan aktivitas serupa dan sejalan seperti yang dilakukan di PMS. PMS dan PMJ adalah sekolah, sejenis padepokan, yang tidak hanya menghadirkan dan mempelajari music sebagai bentuk hiburan belaka, melainkan juga lebih khusus pada khasanah ilmu untuk selalu berbagi dengans esama. Sejak tahun 2016, PMS dan PMJ melebur menjadi Pertemuan Musik, untuk lebih melebarkan sayap pergerakan musik di Indonesia. Hingga tahun 2017 lalu, Pertemuan Musik pun melebarke Bogor dan Pekanbaru.

Instagram: @pertemuanmusik